Senin, 28 Februari 2011

Askep Kanker Serviks

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Pendahuluan
Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina. Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. 90% dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim. [4] Karsinoma serviks biasanya timbul pada zona transisional yang terletak antara epitel sel skuamosa dan epitel sel kolumnar.Hingga saat ini kanker serviks merupakan penyebab kematian terbanyak akibat penyakit kanker di negara berkembang. Sesungguhnya penyakit ini dapat dicegah bila program skrining sitologi dan pelayanan kesehatan diperbaiki. Diperkirakan setiap tahun dijumpai sekitar 500.000 penderita baru di seluruh dunia dan umumnya terjadi di negara  berkembang.Penyakit ini berawal dari infeksi virus yang merangsang perubahan perilaku sel epitel serviks. Pada saat ini sedang dilakukan penelitian vaksinasi sebagai upaya pencegahan dan terapi utama penyakit ini di masa mendatang.Risiko terinfeksi virus HPV dan beberapa kondisi lain seperti perilaku seksual, kontrasepsi, atau merokok akan mempromosi terjadinya kanker serviks. Mekanisme timbulnya kanker serviks ini merupakan suatu proses yang kompleks dan sangat variasi hingga sulit untuk dipahami.Insiden dan mortalitas kanker serviks di dunia menempati urutan kedua setelah kanker payudara. sementara itu, di negara berkembang masih menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian akibat kanker pada usia reproduktif. Hampir 80% kasus berada di negara berkembang. Sebelum tahun 1930, kanker servik merupakan penyebab utama kematian wanita dan kasusnya turun secara drastik semenjak diperkenalkannya teknik skrining pap smear oleh Papanikolau. Namun, sayang hingga kini program skrining belum lagi memasyarakat di negara berkembang, hingga mudah dimengerti mengapa insiden kanker serviks masih tetap tinggi.Hal terpenting menghadapi penderita kanker serviks adalah menegakkan diagnosis sedini mungkin dan memberikan terapi yang efektif sekaligus prediksi prognosisnya. Hingga saat ini pilihan terapi masih terbatas pada operasi, radiasi dan kemoterapi, atau kombinasi dari beberapa modalitas terapi ini. Namun, tentu saja terapi ini masih berupa “simptomatis” karena masih belum menyentuh dasar penyebab kanker yaitu adanya perubahan perilaku sel. Terapi yang lebih mendasar atau imunoterapi masih dalam tahap penelitian.Saat ini pilihan terapi sangat tergantung pada luasnya penyebaran penyakit secara anatomis dan senantiasa berubah seiring dengan kemajuan teknologi kedokteran. Penentuan pilihan terapi dan prediksi prognosisnya atau untuk membandingkan tingkat keberhasilan terapi baru harus berdasarkan pada perluasan penyakit. Secara universal disetujui penentuan luasnya penyebaran penyakit melalui sistem stadium.
B. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk lebih memahami tentang Ca serviks, konsep medis Ca cerviks, serta Asuhan keperawatan Ca cerviks.
C. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah yang ada pada penulisan makalah ini, yaitu :
a.Apa yang di maksud dengan Ca cerviks?
b.Bagaimana etiologi Ca cerviks?
c.Bagaimana klasifikasi klinis Ca cerviks?
d.Bagaimana gejala klinis Ca cerviks?
e.Bagaiman pemeriksaan diagnostik Ca cerviks?
f. Bagaiman terapi Ca cerviks?

  BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian

Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya .
B. Etiologi
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain :
a. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda
b. Jumlah kehamilan dan partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.
c. Jumlah perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini.
d. Infeksi virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks
e. Sosial Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
f. Hygiene dan sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.
g. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.
C. Klasifikasi klinis
a. Stage 0: Ca.Pre invasif
b. Stage I: Ca. Terbatas pada serviks
c. Stage Ia ; Disertai inbasi dari stroma yang hanya diketahui secara histopatologis
d. Stage Ib : Semua kasus lainnya dari stage I
e. Stage II : Sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai kepanggul telah mengenai dinding vagina. Tapi tidak melebihi dua pertiga bagian proksimal
f. Stage III : Sudah sampai dinding panggula dan sepertiga bagian bawah vagina
g. Stage IIIB : Sudah mengenai organ-organ lain.
D. Gejala Klinis

a. Perdarahan
Sifatnya bisa intermenstruit atau perdarahan kontak, kadang-kadang perdarahan baru terjadi pada stadium selanjutnya. Pada jenis intraservikal perdarahan terjadi lambat.
b. Biasanya menyerupai air, kadang-kadang timbulnya sebelum ada perdarahan. Pada stadium lebih lanjut perdarahan dan keputihan lebih banyak disertai infeksi sehingga cairan yang keluar berbau.
E. Pemeriksaan diagnostik

a. Sitologi/Pap Smear
Keuntungan, murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat.
Kelemahan, tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.
b. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak mengikat yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.
c. Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan dibesarkan 10-40 kali.
Keuntungan ; dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah untuk melakukan biopsy.
Kelemahan ; hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang kelianan pada skuamosa columnar junction dan intra servikal tidak terlihat.
d. Kolpomikroskopi
Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali
e. Biopsi
Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.
f. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.
F. Terapi

a. Irradiasi
• Dapat dipakai untuk semua stadium
• Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
• Tidak menyebabkan kematian seperti operasi.
b. Dosis
Penyinaran ditujukan pada jaringan karsinoma yang terletak diserviks
c. Komplikasi irradiasi
• Kerentanan kandungan kencing
• Diarrhea
• Perdarahan rectal
• Fistula vesico atau rectovaginalis
d. Operasi
• Operasi Wentheim dan limfatektomi untuk stadium I dan II
• Operasi Schauta, histerektomi vagina yang radikal
e. Kombinasi
• Irradiasi dan pembedahan
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan bertambahnya vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi berikutnya dapat mengalami kesukaran dan sering menyebabkan fistula, disamping itu juga menambah penyebaran kesistem limfe dan peredaran darah.
f. Cytostatika : Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten. 5 % dari karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi, diangap resisten bila 8-10 minggu post terapi keadaan masih tetap sama.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkaijan
a. Identitas klien.
b. Keluhan utama.
Perdarahan dan keputihan
c. Riwayat penyakit sekarang
Klien datang dengan perdarahan pasca coitus dan terdapat keputihan yang berbau tetapi tidak gatal. Perlu ditanyakan pada pasien atau keluarga tentang tindakan yang dilakukan untuk mengurangi gejala dan hal yang dapat memperberat, misalnya keterlambatan keluarga untuk memberi perawatan atau membawa ke Rumah Sakit dengan segera, serta kurangnya pengetahuan keluarga.
d. Riwayat penyakit terdahulu.
Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah mengalami hal yang demikian dan perlu ditanyakan juga apakah pasien pernah menderita penyakit infeksi.
e. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit seperti ini atau penyakit menular lain.
f. Riwayat psikososial
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah dan agaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker serviks.
Pemeriksaan Fisik
g. Inspeksi
• Perdarahan
• keputihan
h. palpasi
• nyeri abdomen
• nyeri punggung bawah
Pemeriksaan Dignostik
a. Sitologi
b. Biopsi
c. Kolposkopi
d. Servikografi
e. Gineskopi
f. Pap net (pemeriksaan terkumpoteresasi dengan hasil lebih sensitif).
B. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia .
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.
c. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi
d. Resiko tinggi terhaap cedera berhubungan dengan trombositopenia.
e. Inteloransi aktifitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia dan pemberian kemoterapi.
f. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosa malignansi genokologis dan prognosis yang tak menentu.
g. Perubahan konsep diri (peran) berhubungan dengan dampakdiagnosis kanker terhadap peran pasien dalam keluarga.
h. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan berhubbungan dengan terbatasnya informasi.
C. Intervensi
a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia .
Tujuan:
Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya komplikasi perdarahan.
Intervensi :
· Kolaborasi dalam pemeriksaan hematokrit dan Hb serta jumlah trombosit.
·  Berikan cairan secara cepat.
·  Pantau dan atur kecepatan infus.
·  Kolaborasi dalam pemberian infus
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.
Tujuan:
Masukan yang adekuat serta kalori yang mencukupi kebutuhan tubuh.
Intervensi:
·   Kaji adanya pantangan atau adanya alergi terhadap makanan tertentu.
·    Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian menu yang sesuai dengan diet yang ditentukan.
·   Pantau masukan makanan oleh klien.
·    Anjurkan agar membawa makanan dari rumah jika dipelukan dan sesuai dengan diet.
·   Lakukan perawatan mulut sebelum makan sesuai ketentuan.
c. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi
Tujuan:
Potensial infeksi menurun dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
·   Pantau tanda vital setiap 4 jam atau lebih sering bila diperlukan.
·   Tempatkan pasien pada lokasi yang tersedia.
·   Bantu pasien dalam menjaga hygiene perorangan
·   Anjurkan pasien beristirahat sesuai kebutuhan.
·    Kolaborasi dalam pemeriksaan kultur dan pemberian antibiotika.
d. Resiko tinggi terhaap cedera berhubungan dengan trombositopenia.
Tujuan:
Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan
Intervensi :
·   Kolaborasi dengan petugas laboratorium untuk pemeriksaan darah lengkap (Hb dan Trombosit)
·   Lakukan tindakan yang tidak menyebabkan perdarahan.
·    Observasi tanda-tanda perdarahan.
·   Observasi tanda-tanda vital.
·   Kolaborasi dalam tindakan transfusi TC ( Trombosit Concentrated)
e. Inteloransi aktifitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia dan pemberian kemoterapi.
Tujuan:
Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.
Intervensi:
·   Kaji pola istirahat serta adanya keletihan pasien.
·   Anjurkan kepada pasien untuk mempertahan pola istirahat atau tidur sebanyak mungkin dengan diimbangi aktifitas.
·   Bantu pasien merencanakanaktifitas berdasarkan pola istirahat atau keletihan yang dialami.
·   Anjurkan kepada klien untuk melakukan latihan ringan.
·   Observasi kemampuan pasien dalam malakukan aktifitas.
f. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosa malignansi genokologis dan prognosis yang tak menentu.
Tujuan:
Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada tingkat dapat diatasi.
Intervensi:
· Gunakan pendekatan yang tenang dan cipakan suasana lingkungan yang kondusif.
· Evaluasi kempuan pasien dalam mengambil keputusan
· Dorong harapan yang realistis.
· Dukung penggunaan mekanisme pertahanan diri yang sesuai.
· Berikan dorongan spiritual.
g. Perubahan konsep diri (peran) berhubungan dengan dampakdiagnosis kanker terhadap peran pasien dalam keluarga.
Tujuan :
Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap perannya dan mendemontrasikan kemampuan untuk menghadapi perubahan peran.
Intervensi :
·   Bantu pasien untuk mengedintifikasi peran yang bisa dilakukan didalam keluarga dan komunitasnya.
·   Bantu pasien untuk mengidentifikasi perubahan fisik yang spesifik yang dibutuhkan sehubungan dengan penyakitnya.
·   Diskusikan dengan keluarga untuk berkompensasi terhadap perubahan peran anggota yang sakit.
h. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan berhubungan dengan terbatasnya informasi.
Tujuan :
Pasien dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari pemberian terapi.
Intervensi:
·   Baringkan pasien diatas tempat tidur.
·   Kaji kepatenan kateter abdomen.
·   Observasi tentang reaksi yang dialami pasien selama pengobatan
·   Jelaskan pada pasien efek yang mungkin dapat terjadi.
D. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah :
a. Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya komplikasi perdarahan.
b. Kebutuhan Nutrisi dan Kalori pasein tercukupi kebutuhan tubuh
c. Tidak ada tanda-tanda infeksi
d. Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan
e. Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.
f. Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada tingkat dapat diatasi.
g. Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap perannya dan mendemontrasikan kemampuan untuk menghadapi perubahan peran.
h. Pasein dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari pemberian terapi
  
BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya .
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain :
a. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
b. Jumlah kehamilan dan partus
c. Jumlah perkawinan
d. Infeksi virus
e. Sosial Ekonomi
f. Hygiene dan sirkumsisi
g. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
B. Saran
Bagi mahasiswa keperawatan diharapkan dapat mengerti konsep Ca serviks serta dapat  melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan prosedur yang ada.

DAFTAR PUSTAKA
Blogs Noenk. Carcinoma Cervix Uteri. Didapatkan dari URL : http://ca cervix/NOENk BLOGs » Blog Archive » CARCINOMA CERVIX UTERI.mht. Diunduh tanggal 11 Oktober 2008. (Diakses tanggal 4 Desember 2010)
Edianto Deri. Kanker Serviks. Dalam Aziz Farid M, Andrijono, Saifuddin AB. Buku Acuan Nasional Onkologi dan Ginekologi. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo. Jakarta, 2006; 33: 442-455.
Lawalangy Jejak, Wuto Koemo, Liwu Sumanomo. Kanker Serviks. Didapatkan dari URL : http:/ca cervix/Hasil Penelusuran Gambar Google untuk http–upload_wikimedia_org-wikipedia-commons-e-e3-Fem_isa_2_gif.mht. Diunduh tanggal 11 Oktober 2008. (Diakses tanggal 4 Desember 2010)
Mardjikoen Praswoto. Tumor Ganas Alat Genital, subbagian Karsinoma Servisis Uteri. Dalam Ilmu Kandungan ed.2. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo. Jakarta, 1999; 14:380-390.
Ocviyanti Dwiana. HPV dan Kanker Serviks. Power Point IVA. Jakarta,2008.
O’Hanlan Kate. Carcinoma of the Cervix Uteri. Didapatkan dari URL : http:/ca cervix/Displasia of the Cervix.mht. Diunduh tanggal 11 Oktober 2008. (Diakses tanggal 4 Desember 2010)
Rohmat Ratih. Penanganan CA Cervix. Didapatkan dari URL : http://ca cervix/Penanganan CA Cervix « Ratihrochmat’s Weblog.mht. Diunduh tanggal 11 Oktober 2008. (Diakses tanggal 4 Desember 2010)
Wikipedia. Cervical Cancer. Didapatkan dari URL : http://en.wikipedia.org/wiki/ca cervix/Cervical cancer – Wikipedia, the free encyclopedia.htm. Diunduh tanggal 11 Oktober   2008. (Diakses tanggal 4 Desember 2010)

Askep Kanker Ovarium

BAB I
PENDAHULUAN

I.I   LATAR BELAKANG
Sistem reprodukdi wanita terdiri dari vagina, tuba fallopi, sepasang ovarium, dan uterus. Setiap bulan, pada wanita usia subur, salah satu ovarium menghasilkan telur. Telur lolos ke tuba fallopi ke dalam rahim (uterus). Jika telur tidak dibuahi oleh sperma yang lolos keluar dari rahim dan gudang, bersama dengan lapisan rahim, sebagai bagian dari periode bulanan.
Ovarium juga memproduksi hormon seks wanita, estrogen dan progesteron. Sebagai seorang wanita mendekati menopause ('perubahan hidup') indung telur membuat kurang hormon-hormon ini, dan periode secara bertahap berhenti.
            organ lainnya sangat dekat dengan indung telur (lihat diagram di bawah). Ini termasuk:
  • Ureter, yang mengalirkan urin dari ginjal ke kandung kemih.
  • Kandung kemih.
  • Belakang (dubur).
  • Bagian bawah dari usus kecil.
  • The omentum (membran yang mengelilingi semua organ panggul dan perut dan menjaga mereka di tempat). It is also called the peritoneum. Hal ini juga disebut peritoneum.
  • Kelompok kelenjar getah bening.
Gambar I. Ovarium dan struktur sekitarnya
Setiap tahun, sekitar 6600 wanita di Inggris yang didiagnosis dengan kanker ovarium. Penyebab belum sepenuhnya dipahami, tetapi beberapa faktor (yang dikenal sebagai faktor risiko |) yang diyakini dapat meningkatkan kesempatan wanita mengembangkan kanker ovarium epithelial, yang umum jenis yang paling.
Seperti banyak kanker, faktor risiko utama untuk kanker ovarium adalah umur (yang di atas usia 50). Risiko mengembangkan kanker ovarium sangat rendah pada wanita muda dan meningkat sebagai perempuan semakin tua. Kanker ovarium terjadi pada wanita di atas usia 50. Sebagian besar kanker ovarium terjadi pada wanita yang telah menopause mereka.
Faktor-faktor risiko yang mungkin terjadi adalah sejarah keluarga yang kuat kanker ovarium atau payudara, obesitas, penggunaan terapi hormon pengganti (Hormone Replacement Therapy), dan infertilitas dan perawatan kesuburan.
Penelitian telah menunjukkan bahwa obat yang digunakan dalam perawatan kesuburan sedikit dapat meningkatkan resiko kanker ovarium. Ini juga telah menyarankan bahwa ia sedang subur yang meningkatkan risiko kanker ovarium, daripada pengobatan apa pun yang mungkin Anda miliki untuk itu. Ada penelitian lebih lanjut akan untuk mencoba mengklarifikasi ini.
Faktor lain (disebut faktor protektif |) dapat mengurangi risiko perempuan terkena kanker ovarium seperti memiliki anak, menggunakan pil kontrasepsi dan menyusui. Perempuan yang belum punya anak sedikit lebih mungkin mengembangkan kanker ovarium dibandingkan wanita yang memiliki, meski risiko masih sangat rendah.
Hanya sejumlah kecil (sekitar 5-10 dalam 100) dari kanker ovarium dianggap disebabkan oleh gen yang rusak | yang berjalan di dalam keluarga itu. Wanita yang memiliki kanker payudara | memiliki peningkatan risiko kanker ovarium. Hal ini karena payudara dan kanker ovarium dapat disebabkan oleh gen yang rusak sama.
Sebuah sejarah keluarga yang kuat | dari ovarium, payudara atau kanker usus juga bisa berarti ada gen rusak dalam keluarga Anda. Namun, setelah satu atau bahkan dua anggota keluarga dengan kanker tidak selalu berarti Anda membawa gen warisan yang salah, dan membawa gen yang rusak tidak berarti Anda pasti akan mendapatkan kanker.
Jika Anda prihatin tentang riwayat keluarga kanker ovarium, mungkin juga akan bermanfaat untuk membaca makalah kami tentang kanker ovarium. Selain untu pembaca umum, makalah yang kami tulis ini juga di tujukan khususnya untuk memenuhi tugas kami pada mata kuliah Keprawatan Maternitas. Semoga makalah kami ini dapat berguna bagi pembaca pada umumnya dan bagi mahasiswa S1 Keperawatan STIK Avicenna pada khususnya.
BAB II
PEMBAHASAN
II.I   DEFINISI
Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar ke bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru.
Kanker ovarium sangat sulit didiagnosa dan kemungkinan kanker ovarium ini merupakan awal dari banyak kanker primer. (Wingo, 1995)
II.II  ETIOLOGI
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:
1.      Hipotesis incessant ovulation
Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor.
2. Hipotesis androgen
Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium.
II.III  PATOFISIOLOGI
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih.
Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes, HCg menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan pemberian HCG.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal.
Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik.
II. IV TANDA & GEJALA
Gejala umum bervariasi dan tidak spesifik. Pada stadium awal berupa :
  • haid tidak teratur
  • ketegangan menstrual yang terus meningkat
  • menoragia
  • nyeri tekan pada payudara
  • menopause dini
  • rasa tidak nyaman pada abdomen
  • dispepsia
  • tekanan pada pelvis
  • sering berkemih
  • flatulenes
  • rasa begah setelah makan makanan kecil
  • lingkar abdomen yang terus meningkat
II.V  STADIUM
Stadium kanker ovarium primer menurut FIGO (Federation International  of  Ginecologies and Obstetricians ) 1987, adalah :
STADIUM  I  –>  pertumbuhan terbatas pada ovarium
1. Stadium 1a : pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak ada asietas yang berisi sel ganas, tidak ada pertumbuhan di permukaan luar, kapsul utuh.
2. Stadium 1b : pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak asietas, berisi sel ganas, tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul intak.
3. Stadium 1c : tumor dengan stadium 1a dan 1b tetapi ada tumor dipermukaan luar atau kedua ovarium atau kapsul pecah atau dengan asietas berisi sel ganas atau dengan bilasan peritoneum positif.
STADIUM  II  –>  Pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan perluasan ke panggul
1. Stadium 2a : perluasan atau metastasis ke uterus dan atau tuba
2. Stadium 2b : perluasan jaringan pelvis lainnya
3. Stadium 2c : tumor stadium 2a dan 2b tetapi pada tumor dengan permukaan satu atau kedua ovarium, kapsul pecah atau dengan asitas yang mengandung sel ganas dengan bilasan peritoneum positif.
STADIUM  III –> tomor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di peritoneum di luar pelvis dan atau retroperitoneal positif. Tumor terbatas dalam pelvis kecil tetapi sel histologi terbukti meluas ke usus besar atau omentum.
1. Stadium 3a : tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening negatif tetapi secara histologi dan dikonfirmasi secara mikroskopis terdapat adanya pertumbuhan (seeding) dipermukaan peritoneum abdominal.
2. Stadium 3b : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant dipermukaan peritoneum dan terbukti secara mikroskopis, diameter melebihi 2 cm, dan kelenjar getah bening negativ.
3. Stadium 3c : implant di abdoment dengan diameter > 2 cm dan atau kelenjar getah bening retroperitoneal atau inguinal positif.
STADIUM IV –> pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan metastasis jauh. Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif dalam stadium 4, begitu juga metastasis ke permukaan liver.
II. VI  PENEGAKAN DIAGNOSA
Sebagian besar kanker ovarium bermula dari suatu kista. Oleh karena itu, apabila pada seorang wanita ditemukan suatu kista ovarium harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan apakah kista tersebut bersifat jinak atau ganas (kanker ovarium).
Ciri2 kista yang bersifat ganas yaitu pada keadaan :
  1. Kista cepat membesar
  2. Kista pada usia remaja atau pascamenopause
  3. Kista dengan dinding yang tebal dan tidak berurutan
  4. Kista dengan bagian padat
  5. Tumor pada ovarium
Pemeriksaan lanjutan untuk memperkuat dugaan ke arah kanker ovarium seperti :
  • USG dengan Doppler untuk menentukan arus darah
  • Jika diperlukan, pemeriksaan CT-Scan/ MRI
  • Pemeriksaan tumor marker seperti Ca-125 dan Ca-724, beta – HCG dan alfafetoprotein
Semua pemeriksaan belum bisa memastikan diagnosis kanker ovarium, akan tetapi hanya sebagai pegangan untuk melakukan tindakan operasi.
II.VII  PENATAKLASANAAN
Sebagian besar kanker ovarium memerlukan pengobatan dengan kemoterapi. Hanya kanker ovarium stadium awal saja (stadium 1a dan 1b dengan derajat diferensiasi sel yang baik/sedang) yang tidak memerlukan kombinasi pengobatan. Kemoterapi diberikan sebanyak 6 seri dengan interval 3 – 4 minggu sekali dengan melakukan pemantauan terhadap efeh samping kemoterapi secara berkala terhadap sumsum tulang, fungsi hati, fungsi ginjal, sistem saluran cerna, sistem saluran cerna, sistem saraf dan sistem kardiovaskuler.
Penatalaksanaan yang sesuai dengan stadium yaitu :
  • Operasi (stadium awal)
  • Kemoterapi (tambahan terapi pada stadium awal)
  • Radiasi (tambahan terapi untuk stadium lanjut)
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

III.I   PENGKAJIAN
            Hal-hal yang perlu di kaji pada klien adalah :
  • Data diri klien
  • Data biologis/fisiologis –> keluhan utama, riwayat keluhan utama
  • Riwayat kesehatan masa lalu
  • Riwayat kesehatan keluarga
  • Riwayat reproduksi –> siklus haid, durasi haid
  • Riwayat obstetric –> kehamilan, persalinan, nifas, hamil
  • Pemeriksaan fisik
  • Data psikologis/sosiologis–> reaksi emosional setelah penyakit diketahui
III.II   DIAGNOSA KEPERAWATAN
  • Nyeri akut b.d agen cidera biologi
  • Perubahan citra tubuh dan harga diri b.d perubahan dalam penampilan fungsi dan peran
  • Risiko tinggi terhadap disfungsi seksual b.d perubahan struktur atau fungsi tubuh, perubahan kadar hormone
III.III  TUJUAN & INTERVENSI
Diagnosa 1 : Nyeri akut b.d agen cidera biologi
Tujuan : Klien merasa reda dari nyeri dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan
Intervensi :
  • Kaji karakteristik nyeri : lokasi, kualitas, frekuensi
  • Kaji faktor lain yang menunjang nyeri, keletihan, marah pasien
  • Kolaborasi dengan tim medis dalam memberi obat analgesic
  • Jelaskan kegunaan analgesic dan cara-cara untuk mengurangi efek samping
  • Ajarkan klien strategi baru untuk meredakan nyeri dan ketidaknyamanan: imajinasi, relaksasi, stimulasi kutan
Diagnosa 2 : Perubahan citra tubuh dan harga diri b.d perubahan dalam penampilan fungsi dan peran
Tujuan : Klien dapat memperbaiki persepsi citra tubuh dan harga dirinya.
Intervensi :
  • Kaji perasaan klien tentang citra tubuh dan tingkat harga diri
  • Berikan dorongan untuk keikutsertaan kontinyu dalam aktifitas dan pembuatan keputusan
  • Berikan dorongan pada klien dan pasangannya untuk saling berbagi kekhawatiran tentang perubahan fungsi seksual dan menggali alternatif untuk ekspresi seksual yang lazim
Diagnosa 3 : Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual b.d perubahan struktur atau fungsi tubuh, perubahan kadar hormon
Tujuan :   Klien menyatakan paham tentang perubahan struktur dan fungsi seksual.
- Mengidentifikasi kepuasan/ praktik seksual yang diterima dan beberapa alternatif cara mengekspresikan keinginan seksual
Intervensi:
  • Mendengarkan pernyataan klien dan pasangan
  • Diskusikan sensasi atau ketidaknyamanan fisik, perubahan pada respons individu
  • Kaji informasi klien dan pasangan tentang anatomi/ fungsi seksual dan pengaruh prosedur pembedahan
  • Identifikasi faktor budaya/nilai budaya
  • Bantu klien untuk menyadari atau menerima tahap berduka
  • Dorong klien untuk menyadari atau menerima tahap berduka
  • Dorong klien untuk berbagi pikiran/masalah dengan orang terdekatnya
  • Berikan solusi masalah terhadap masalah potensial. ex : menunda koitus seksual saat kelelahan
BAB IV
KESIMPULAN & SARAN
a.       Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar ke bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru.
b.      Waspadai tanda dan gejala Kanker Ovarium :
Gejala umum bervariasi dan tidak spesifik. Pada stadium awal berupa :
  • haid tidak teratur
  • ketegangan menstrual yang terus meningkat
  • menoragia
  • nyeri tekan pada payudara
  • menopause dini
  • rasa tidak nyaman pada abdomen
  • dispepsia
  • tekanan pada pelvis
  • sering berkemih
  • flatulenes
  • rasa begah setelah makan makanan kecil
  • lingkar abdomen yang terus meningkat
DAFTAR PUSTAKA
Augusfarly, (2008). Askep dengan klien ovarium.
Capenito, LJ.(2001). Buku Saku Keperawatan, Edisi VIII. Penerjemah Monica Ester, SKp. Jakarta : EGC.
Engram, Barbara. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medical Bedah, Vol.3. Jakarta : EGC.
Farrer, Helen. (2001). Maternity Care, Edisi II. Jakarta: EGC.
http://augusfarly.wordpress.com/2008/09/14/asuhan-keperawatan-dengan-klien-ovarium/. Diakses tanggal 08 Desember 2010.
http://fordearest.wetpaint.com/page/kista+ovarium. Diakses tanggal 08 Desember 2010.
http://medlinux.blogspot.com/2007/09/kistoma ovarii.html. Diakses tanggal 08 Desember 2010.
http://www.blogdokter.net/2008/05/30/kista-ovarium/. Diakses tanggal 08 Desember 2010.
Ignatividus Donna, Bayne Varner Marihenn (1991). Medical Surgical Nursing : Anurse Process Approch. USA : W.B. Sounders Company.
Long Barbara. C (1996). Keperawatan Medical Bedah, Edisi II, USA. The CV Mousby Company.
NANDA 2005, Nursing diagnoses : Definition and classification 2005-2006, NANDA International, Philadelphia.
Ropper, Nancy. (1996). Prinsip-prinsip Keperawatan. Alih bahasa Andry Hartono Yogyakarta. Yayasan Essentia Medika
Wilkinson, J. W 2006, Buku saku diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC dan kriteria hasil NOC, Edisi 7, EGC, Jakarta.
Wiknjosastro.et.all. (1999). Ilmu kandungan, Edisi II. Jakarta : YBP SP
William Helm, C. Ovarian Cysts. 2005 American College of Obstetricians and Gynecologists ( cited 2005 September 16 ). Available at http://emedicine.com