Jumat, 10 Desember 2010

Askep Endometriosi

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Endometriosis adalah suatu penyakit yang lazim menyerang wanita di usia reproduksi. Penyakit ini merupakan kelainan ginekologis yang menimbulkan keluhan nyeri haid, nyeri saat senggama, pembesaran ovarium dan infertilitas. Endometriosis terjadi ketika suatu jaringan normal dari lapisan uterus yaitu endometrium menyerang organ-organ di rongga pelvis dan tumbuh di sana. Jaringan endometrium yang salah tempat ini menyebabkan iritasi di rongga pelvis dan menimbulkan gejala nyeri serta infertilitas.

Jaringan endometriosis memiliki gambaran bercak kecil, datar, gelembung atau flek-flek yang tumbuh di permukaan organ-organ di rongga pelvis. Flek-flek ini bisa berwarna bening, putih, coklat, merah, hitam, atau biru. Jaringan endometriosis dapat tumbuh di permukaan rongga pelvis, peritoneum, dan organ-organ di rongga pelvis, yang kesemuanya dapat berkembang membentuk nodul-nodul. Endometriosis bisa tumbuh di permukaan ovarium atau menyerang bagian dalam ovarium dan membentuk kista berisi darah yang disebut sebagai kista endometriosis atau kista coklat. Kista ini disebut kista coklat karena terdapat penumpukan darah berwarna merah coklat hingga gelap. Kista ini bisa berukuran kecil seukuran kacang dan bisa tumbuh lebih besar dari buah anggur. Endometriosis dapat mengiritasi jaringan di sekitarnya dan dapat menyebabkan perlekatan (adhesi) akibat jaringan parut yang ditimbulkannya.

Endometriosis terjadi pada 10-14% wanita usia reproduksi dan mengenai 40-60% wanita dengan dismenorhea dan 20-30% wanita subfertil. Saudara perempuan dan anak perempuan dari wanita yang menderita endometriosis berisiko 6-9 kali lebih besar untuk berkembang menjadi endometriosis. Endometriosis menyebabkan nyeri panggul kronis berkisar 70%. Risiko untuk menjadi tumor ovarium adalah 15-20%, angka kejadian infertilitas berkisar 30-40%, dan risiko berubah menjadi ganas 0,7-1%. Endometriosis sekalipun sudah mendapat pengobatan yang optimum memiliki angka kekambuhan sesudah pengobatan berkisar 30%.
Penanganan endometriosis baik secara medikamentosa maupun operatif tidak memberikan hasil yang memuaskan disebabkan patogenesis penyakit tersebut belum terungkap secara tuntas. Keberhasilan penanganan endometriosis hanya dapat dievaluasi saat ini dengan mempergunakan laparoskopi. Laparoskopi merupakan tindakan yang minimal invasif tetapi memerlukan keterampilan operator, biaya tinggi dan kemungkinan dapat terjadi komplikasi dari yang ringan sampai berat. Alasan yang dikemukakan tadi menyebabkan banyak penderita endometriosis yang tidak mau dilakukan pemeriksaan laparoskopi untuk mengetahui apakah endometriosis sudah berhasil diobati atau tidak.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang di maksut dengan endometritis ?
2. Bagaimana konsep medis dari ndometritis ?
3. Bagaimana ASKEP dari endometritis ?

C. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah iniadalah :
1. Untuk mengetahui Pengertian dari endometritis
2. Untuk mengetahui konsep medis dari endometritis
3. Untuk mengetahui ASKEP dariu endometritis

BAB II
KONSEP MEDIS

A. Pengertian
Endometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan keberadaan dan pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus. Jaringan endometrium itu bisa tumbuh di ovarium, tuba falopii, ligamen pembentuk uterus, atau bisa juga tumbuh di apendiks, colon, ureter dan pelvis.

B. Etiologi
Ada beberapa faktor resiko penyebab terjadinya endometriosis, antara lain:
a. Wanita usia produktif ( 15 – 44 tahun )
b. Wanita yang memiliki siklus menstruasi yang pendek (<27 hari) 3 Menstruasi yang lama (>7 hari)
c. Spotting sebelum menstruasi
d. Peningkatan jumlah estrogen dalam darah
e. Keturunan : memiliki ibu yang menderita penyakit yang sama.
f. Memiliki saudara kembar yang menderita endometriosis
g. Terpapar Toksin dari lingkungan
Biasanya toksin yang berasal dari pestisida, pengolahan kayu dan produk kertas, pembakaran sampah medis dan sampah-sampah perkotaan.

C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala endometriosis antara lain :
a. Nyeri :
a) Dismenore sekunder
b) Dismenore primer yang buruk
c) Dispareunia
d) Nyeri ovulasi
e) Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi.
f) Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual
g) Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter

b. Perdarahan abnormal
a) Hipermenorea
b) Menoragia
c) Spotting sebelum menstruasi
d) Darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir menstruasi

c. Keluhan buang air besar dan buang air kecil
a) Nyeri sebelum, pada saat dan sesudah buang air besar
b) Darah pada feces
c) Diare, konstipasi dan kolik

D. Patofisiologi
Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu atau saudara perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih besar terkena penyakit ini juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang diturunkan dalam tubuh wanita tersebut.

Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia dapat mempengaruhi sistem hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa gangguan sekresi estrogen dan progesteron yang menyebabkan gangguan pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya dengan pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel endometriosis ini akan tumbuh seiring dengan peningkatan kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh. Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan menyebabkan mikoroorganisme masuk ke dalam tubuh. Mkroorganisme tersebut akan menghasilkan makrofag yang menyebabkan resepon imun menurun yang menyebabkan faktor pertumbuhan sel-sel abnormal meningkat seiring dengan peningkatan perkembangbiakan sel abnormal.
Jaringan endometirum yang tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen endometrial. Fragmen endometrial tersebut dilemparkan dari infundibulum tuba falopii menuju ke ovarium yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu, ovarium merupakan bagian pertama dalam rongga pelvis yang dikenai endometriosis. Sel endometrial ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa, sehingga sel endomatrial ini memiliki kesempatan untuk mengikuti aliran regional tubuh dan menuju ke bagian tubuh lainnya. Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial ekstrauterine ini dapat dipengaruhi siklus endokrin normal. Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin, maka pada saat estrogen dan progesteron meningkat, jaringan endometrial ini juga mengalami perkembangbiakan. Pada saat terjadi perubahan kadar estrogen dan progesteron lebih rendah atau berkurang, jaringan endometrial ini akan menjadi nekrosis dan terjadi perdarahan di daerah pelvic.

Perdarahan di daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi peritonium dan menyebabkan nyeri saat menstruasi (dysmenorea). Setelah perdarahan, penggumpalan darah di pelvis akan menyebabkan adhesi/perlekatan di dinding dan permukaan pelvis. Hal ini menyebabkan nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga nyeri pada daerah permukaan yang terkait, nyeri saat latihan, defekasi, BAK dan saat melakukan hubungan seks.

Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba fallopii. Adhesi di uterus menyebabkan uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi di tuba fallopii menyebabkan gerakan spontan ujung-ujung fimbriae untuk membawa ovum ke uterus menjadi terhambat. Hal-hal inilah yang menyebabkan terjadinya infertil pada endometriosis.

E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan untuk membuktikan adanya endometirosis ini antara lain:
a. Uji serum
a) CA-125
Sensitifitas atau spesifisitas berkurang
b) Protein plasenta
Mungkin meningkat pada endometriosis yang mengalami infiltrasi dalam, namun nilai klinis tidak diperlihatkan.
c) Antibodi endometrial
Sensitifitas dan spesifisitas berkurang

b. Teknik pencitraan
a) Ultrasound
Dapat membantu dalam mengidentifikasi endometrioma dengan sensitifitas 11%
b) MRI
90% sensitif dan 98% spesifik
c) Pembedahan
Melalui laparoskopi dan eksisi.

F. Komplikasi
a. Obstruksi ginjal dan penurunan fungsi ginjal karena endometriosis dekat kolon atau ureter
b. Torsi ovarium atau rupture ovarium sehingga terjadi peritonitis karena endometrioma
c. Pneumotoraks karena eksisi endometriosis

G. Diagnosis
Klasifikasi endometriosis menurut Acosta :
a. Ringan, yaitu endometriosis yang menyebar tanpa perlekatan pada anterior atau posterior kavun Duoglasi, peritoniun pelviks atau permukaan ovarium.
b. Sedang, yaitu :
a) Endometriosis pada satu atau dua ovarium dengan parut dan retraksi atau endometrioma kecil.
b) Perlekatan minimal sekitar ovarium dengan ovarium yang mengalami endometriosis.
c) Endometriosis pada anterior atau posterior kavum Douglasi dengan parut dan retraksi atau perlekatan tanpa menyerang sigmoid

c. Berat, yaitu :
a) Endometriosis pada satu atau dua ovarium dengan ukuran lebih dari 2 X 2 cm.
b) Perlakatan satu atau dua ovarium, tuba atau kavum Douglasi karena endometriosis.
c) Keterlibatan usus dan traktus urinarius yang nyata.

Berdasarkan klasifikasi AFS, endometriosis dibagi menjadi 4kelompok, yaitu :
a) Stadium I ( minimal ) : 1 - 5
b) Stadium II ( ringan ) : 6 - 15
c) Stadium III ( sedang ) : 16 - 40
d) Stadium IV ( Berat ) : > 40

Penilaian Stadium Endometriosis
Endometriosis Nilai
1 cm 1 – 3 cm 3 cm
Peritonim : - superfisial
- Dalam 1 2 4
2 4 6
Ovarium : Kanan : - Tipis
- Tebal
Kiri : - Tipis
- Tebal 1 2 4
4 16 20
1 2 4
4 16 20
Perlekatan 1/3 bagian 1/3 – 2/3 bagian 2/3 bagian
Ovarium : Kanan : - Tipis
- Tebal
Kiri : - Tipis
- Tebal 1 2 4
4 8 16
1 2 4
4 8 16
Tuba Kanan : - Tipis
- Tebal
Kiri : - Tipis
- Tebal 1 2 4
4 8 16
1 2 4
4 8 16
Kavum Douglas Sebagian Seluruhnya
4 40

H. Diagnosis Banding
a. Tumor Ovarium
b. Metastasis di kavum Douglas
c. Mioma Multipel
d. Karsinoma Rektum
e. Radang pelvis

I. Terapi
Terapi yang dilakukan ditujukan untuk membuang sebanyak mungkin jaringan endometriosis, antara lain:
a) Pengobatan Hormonal
Pengobatan hormaonal dimaksudkan untuk menghentikan ovulasi, sehingga jaringan endometriosis akan mengalami regresi dan mati. Obat-obatan ini bersifat pseudo-pregnansi atau pseudo-menopause, yang digunakan adalah :
 Derivat testosteron, seperti danazol, dimetriose
 Progestrogen, seperti provera, primolut
 GnRH
 Pil kontrasepsi kombinasi

b) Pembedahan
Bisa dilakukan secara laparoscopi atau laparotomi, tergantung luasnya invasi endometriosis.

J. Prognosis
Pada pasien yang mengalami pembedaha defenitif, 3 % akan mengalami endometriosis kembali. Sedangkan pasien yang mengalami pembedahan konservatif, 10 % akan menderitan kembali 3 tahun pertam dan 35 % pada 5 tahu pertama. Pemeriksaan CA 125 secara varsial mungkin berguna untu memperkirankan kemungkinan rekulensi setelah terapi

BAB III
ASUHAN KEPERAWATA
A. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
a) Pernah terpapar agen toksin berupa pestisida, atau pernah ke daaerah pengolahan katu dan produksi kertas, serta terkena limbah pembakaran sampah medis dan sampah perkotaan.

b. Riwayat kesehatan sekarang
a) Dysmenore primer ataupun sekunder
b) Nyeri saat latihan fisik
c) Dispareunia
d) Nyeri ovulasi
e) Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi.
f) Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual
g) Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter
h) Hipermenorea
i) Menoragia
j) Feces berdarah
k) Nyeri sebelum, sesudah dan saat defekasi.
l) konstipasi, diare, kolik.

c. Riwayat kesehatan keluarga
a) Memiliki ibu atau saudara perempuan (terutama saudara kembar) yang menderita endometriosis.

d. Riwayat obstetri dan menstruasi
a) Mengalami hipermenorea, menoragia, siklus menstruasi pendek, darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir menstruasi.

e. Aktifitas dan istirahat
Gejala
a) Kelemahan atau keletihan akibat anaemia
b) Perubahan pola istirahat dan kebiasaan tidur pada malam hari
c) Adanya foktor – factor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas dan keringat malam
d) Pekerjaan atau profesi dengan penajaman karsinogen lingungan dan tingkat sters tinggi
f. Integritas Ego
Gejala : factor stress, merokok, minum alcohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan religious atau spiritual, masalah tentang lesi cacat, pembedahan, menyngakal diagnosis dan perasaan putus asa

g. Eliminasi
Perubahan pada pola defekasi, perubahan eliminasi urinalis, misalnya masalah nyeri

h. Makanan dan Minuman
Kebiasaan diet buruk ( misalnya : rendah serat, tinggi lemak, adiktif, bahan pengawet rasa )

i. Neurosensori
Gejala : pusing, singkope

j. Nyeri atau Kenyamanan
Gejala : adanya nyeri derajat bervariasi, misalnya ketidaknyamana ringan sampai nyeri berat

k. Pernapasan
Gejala : merokok, pemajanan abses

l. Keamana
Gejala : pemajanan pada zat kimia toksik, karsinogen
Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi

m. Seksualitas
Gejala : perubahan pola respomn seksual

n. Interaksi social
Gejala : ketidaknyamanan atau kelemahan system pendukung.

B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
a. Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d gangguan menstruasi, proses penjalaran penyakit.
b. Resiko gangguan harga diri b.d infertilitas
c. Cemas b.d diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri, kehilangan feminitas dan perubahan bentuk tubuh


C. Intervensi Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d gangguan menstruasi, proses penjalaran penyakit
a) Di tandai dengan :
 Keluhan nyeri
 Memfokuskan pada diri sendiri atau penyempitan focus
 Distraksi atau perlakuan hati-hati
 Gelisah
b) Tujuan : nyeri hilang/berkurang
c) Kriteria Hasil :
 Klien mengekspresikan penurunan nyeri/ ketidaknyamanan
 Klien tampak rileks, dapat tidur dan istirahat dengan tepat
d) Intervensi
 Tentukan riwayat nyeri, misalnya lokasi nyeri, frekuensi, durasi, dan intensitas ( skala 0 - 10 ), serta tindakan kehilangan yang digunakan
Rasiaonal
Informasi member data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau keevektifan evaluasi
 Berikan tindakan kenyamana dasar (misalnya: reposisi, gosokkan punggung) dan aktifitas hiburan ( misalnya: music dan televise ).
Rasional
Meningkatkan relaksasi dan membantu menfokuskan kembali perhatian
 Palpasi kandung kemih, sedik,it keluhan merasa ketidaknyamanan dalam berkemih
Rasional
Persepsi kandung kemih penuh, distensi kandung kemih di atas simfisis pubis menunjukkan retensi urin

b. Resiko gangguan harga diri b.d infertilitas
a) Dibuktikan dengan
 Mengungkapakan perubahan dalam gaya tentang tubuh, perasaan tidak berdaya, putus asa dan ketidak mampuan
 Tidak mengambil tanggun jawab untuk perawatan diri, kurang mengikuti perubahan pada persepsi diri atau persepsi orang lain tentang peran
b) Tujuan : meningkatkan harga diri klien
c) Kriteria Hasil : klien mengungkapkan pemahaman tentang perubahan tubuh, penerimaan diri dalam situasi yang sedang dialami
d) Intervensi
 Motivasi diskusi tentang atau pecahkan masalah tentang efek kankar atau pengobatan pada peran sebagai ibu rumah tangga, orang tua dan sebagainya.
Rasional
Dapat membantu menurunkan masalah yang memengaruhi penerimaan pengobatan atau merangngsang kemajuan penyakit
 Akui kesulitan klien yang mungkin dialami, berikan informasi bahwa konseling sering perlu dan penting dalam proses adaptasi
Rasional
Memvalidasi perasaan ibu dan memberikan izin, untuk tindakan apa pun perlu untuk mengatasi apa yang terjadi.

c. Cemas b.d diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri, kehilangan feminitas dan perubahan bentuk tubuh
a) Dibuktikan dengan
 Peningktan ketegangan, gemetaran, ketakutan dan gelisah
 Mengekspresikan masalah mengenai perubahan dalam kejadian hidup
b) Tujuan : rasa cemas klien hilang atau tidak cemas lagi
c) Kriteria hasil : menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa takut
d) Intervensi
 Tinjau ulang pengalaman klien atau orang terdekat sebelumnya yang kenker.
Rasional
Membantu dalam identifikasi rasa takut dan kesalahan konsep berdasarkan pada pengalam pada kanker
 Berikan dukungan emosi pada klien atau orang terdekat selama tes diagnostic dan fase pengobatan


Rasional
Meskipun mampu beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan efek kanker atau efek semping terapi banyak klien memerlukan dukungan tambahan selama peride ini
 Rujuk ibi atau orang terdekat pada program kelompok ( bila ada )
Rasional
Kelompok pendukung biasanya sangat menguntungkan, baik untuk klien maupun orang terdekat, memberikan kontak dengan ibu denagn kanker pada berbagia tingkat pengobatan dan pemulihan
 Rujuk pada konseling professional bila diindikasikan
Rasional
Mungtkin perlu untuk memulai dan mempertahankan struktur psikososial positif bila system pendukung orang terdekat ibu terganggu.

D. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan, mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi.

Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat dan bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain.

Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan hasil perkembangan klien dengan berpedoman pada hasil dan tujuan yang hendak dicapai.


DAFTAR PUSTAKA
Ayu, Ida, dkk. 2009. Memahami Reproduksi Wanita, Edisi 2. Jkarta : EGC
Doenges, Marilynn C, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk Perencanaa dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
http://agungnurse.blogspot.com/feeds/posts/default?orderby=updated. ( di akses pada tanggal 4 Desember 2010 )
http://blog.ilmukeperawatan.com/asuhan-keperawatan-klien-dengan-endometriosis.html. ( di akses pada tanggal 4 desember 2010 )
http://www.scribd.com/doc/21973037/Kista-Endometriosis. ( di akses pada tanggal 4 Desember 2010 )
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran UI.
Mitiyani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika
Rawyroharjdo, Sarwono. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta : Bina Pustaka
Rawyroharjdo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidana. Jakarta : Bina Pustaka