BAB I
PENDAHULUAN
I.I LATAR BELAKANG
Sistem reprodukdi wanita terdiri dari vagina, tuba fallopi, sepasang ovarium, dan uterus. Setiap bulan, pada wanita usia subur, salah satu ovarium menghasilkan telur. Telur lolos ke tuba fallopi ke dalam rahim (uterus). Jika telur tidak dibuahi oleh sperma yang lolos keluar dari rahim dan gudang, bersama dengan lapisan rahim, sebagai bagian dari periode bulanan.
Ovarium juga memproduksi hormon seks wanita, estrogen dan progesteron. Sebagai seorang wanita mendekati menopause ('perubahan hidup') indung telur membuat kurang hormon-hormon ini, dan periode secara bertahap berhenti.
organ lainnya sangat dekat dengan indung telur (lihat diagram di bawah). Ini termasuk:
- Ureter, yang mengalirkan urin dari ginjal ke kandung kemih.
- Kandung kemih.
- Belakang (dubur).
- Bagian bawah dari usus kecil.
- The omentum (membran yang mengelilingi semua organ panggul dan perut dan menjaga mereka di tempat). It is also called the peritoneum. Hal ini juga disebut peritoneum.
- Kelompok kelenjar getah bening.
Gambar I. Ovarium dan struktur sekitarnya
Setiap tahun, sekitar 6600 wanita di Inggris yang didiagnosis dengan kanker ovarium. Penyebab belum sepenuhnya dipahami, tetapi beberapa faktor (yang dikenal sebagai faktor risiko yang diyakini dapat meningkatkan kesempatan wanita mengembangkan kanker ovarium epithelial, yang umum jenis yang paling.
Seperti banyak kanker, faktor risiko utama untuk kanker ovarium adalah umur (yang di atas usia 50). Risiko mengembangkan kanker ovarium sangat rendah pada wanita muda dan meningkat sebagai perempuan semakin tua. Kanker ovarium terjadi pada wanita di atas usia 50. Sebagian besar kanker ovarium terjadi pada wanita yang telah menopause mereka.
Faktor-faktor risiko yang mungkin terjadi adalah sejarah keluarga yang kuat kanker ovarium atau payudara, obesitas, penggunaan terapi hormon pengganti (Hormone Replacement Therapy), dan infertilitas dan perawatan kesuburan.
Penelitian telah menunjukkan bahwa obat yang digunakan dalam perawatan kesuburan sedikit dapat meningkatkan resiko kanker ovarium. Ini juga telah menyarankan bahwa ia sedang subur yang meningkatkan risiko kanker ovarium, daripada pengobatan apa pun yang mungkin Anda miliki untuk itu. Ada penelitian lebih lanjut akan untuk mencoba mengklarifikasi ini.
Faktor lain (disebut faktor protektif dapat mengurangi risiko perempuan terkena kanker ovarium seperti memiliki anak, menggunakan pil kontrasepsi dan menyusui. Perempuan yang belum punya anak sedikit lebih mungkin mengembangkan kanker ovarium dibandingkan wanita yang memiliki, meski risiko masih sangat rendah.
Hanya sejumlah kecil (sekitar 5-10 dalam 100) dari kanker ovarium dianggap disebabkan oleh gen yang rusak yang berjalan di dalam keluarga itu. Wanita yang memiliki kanker payudara memiliki peningkatan risiko kanker ovarium. Hal ini karena payudara dan kanker ovarium dapat disebabkan oleh gen yang rusak sama.
Sebuah sejarah keluarga yang kuat dari ovarium, payudara atau kanker usus juga bisa berarti ada gen rusak dalam keluarga Anda. Namun, setelah satu atau bahkan dua anggota keluarga dengan kanker tidak selalu berarti Anda membawa gen warisan yang salah, dan membawa gen yang rusak tidak berarti Anda pasti akan mendapatkan kanker.
Jika Anda prihatin tentang riwayat keluarga kanker ovarium, mungkin juga akan bermanfaat untuk membaca makalah kami tentang kanker ovarium. Selain untu pembaca umum, makalah yang kami tulis ini juga di tujukan khususnya untuk memenuhi tugas kami pada mata kuliah Keprawatan Maternitas. Semoga makalah kami ini dapat berguna bagi pembaca pada umumnya dan bagi mahasiswa S1 Keperawatan STIK Avicenna pada khususnya.
BAB II
PEMBAHASAN
II.I DEFINISI
Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar ke bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru.
Kanker ovarium sangat sulit didiagnosa dan kemungkinan kanker ovarium ini merupakan awal dari banyak kanker primer. (Wingo, 1995)
II.II ETIOLOGI
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:
1. Hipotesis incessant ovulation
Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor.
2. Hipotesis androgen
Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium.
II.III PATOFISIOLOGI
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih.
Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes, HCg menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan pemberian HCG.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal.
Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal.
Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik.
II. IV TANDA & GEJALA
Gejala umum bervariasi dan tidak spesifik. Pada stadium awal berupa :
- haid tidak teratur
- ketegangan menstrual yang terus meningkat
- menoragia
- nyeri tekan pada payudara
- menopause dini
- rasa tidak nyaman pada abdomen
- dispepsia
- tekanan pada pelvis
- sering berkemih
- flatulenes
- rasa begah setelah makan makanan kecil
- lingkar abdomen yang terus meningkat
II.V STADIUM
Stadium kanker ovarium primer menurut FIGO (Federation International of Ginecologies and Obstetricians ) 1987, adalah :
STADIUM I –> pertumbuhan terbatas pada ovarium
1. Stadium 1a : pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak ada asietas yang berisi sel ganas, tidak ada pertumbuhan di permukaan luar, kapsul utuh.
2. Stadium 1b : pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak asietas, berisi sel ganas, tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul intak.
3. Stadium 1c : tumor dengan stadium 1a dan 1b tetapi ada tumor dipermukaan luar atau kedua ovarium atau kapsul pecah atau dengan asietas berisi sel ganas atau dengan bilasan peritoneum positif.
STADIUM II –> Pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan perluasan ke panggul
1. Stadium 2a : perluasan atau metastasis ke uterus dan atau tuba
2. Stadium 2b : perluasan jaringan pelvis lainnya
3. Stadium 2c : tumor stadium 2a dan 2b tetapi pada tumor dengan permukaan satu atau kedua ovarium, kapsul pecah atau dengan asitas yang mengandung sel ganas dengan bilasan peritoneum positif.
STADIUM III –> tomor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di peritoneum di luar pelvis dan atau retroperitoneal positif. Tumor terbatas dalam pelvis kecil tetapi sel histologi terbukti meluas ke usus besar atau omentum.
1. Stadium 3a : tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening negatif tetapi secara histologi dan dikonfirmasi secara mikroskopis terdapat adanya pertumbuhan (seeding) dipermukaan peritoneum abdominal.
2. Stadium 3b : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant dipermukaan peritoneum dan terbukti secara mikroskopis, diameter melebihi 2 cm, dan kelenjar getah bening negativ.
3. Stadium 3c : implant di abdoment dengan diameter > 2 cm dan atau kelenjar getah bening retroperitoneal atau inguinal positif.
STADIUM IV –> pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan metastasis jauh. Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif dalam stadium 4, begitu juga metastasis ke permukaan liver.
II. VI PENEGAKAN DIAGNOSA
Sebagian besar kanker ovarium bermula dari suatu kista. Oleh karena itu, apabila pada seorang wanita ditemukan suatu kista ovarium harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan apakah kista tersebut bersifat jinak atau ganas (kanker ovarium).
Ciri2 kista yang bersifat ganas yaitu pada keadaan :
- Kista cepat membesar
- Kista pada usia remaja atau pascamenopause
- Kista dengan dinding yang tebal dan tidak berurutan
- Kista dengan bagian padat
- Tumor pada ovarium
Pemeriksaan lanjutan untuk memperkuat dugaan ke arah kanker ovarium seperti :
- USG dengan Doppler untuk menentukan arus darah
- Jika diperlukan, pemeriksaan CT-Scan/ MRI
- Pemeriksaan tumor marker seperti Ca-125 dan Ca-724, beta – HCG dan alfafetoprotein
Semua pemeriksaan belum bisa memastikan diagnosis kanker ovarium, akan tetapi hanya sebagai pegangan untuk melakukan tindakan operasi.
II.VII PENATAKLASANAAN
Sebagian besar kanker ovarium memerlukan pengobatan dengan kemoterapi. Hanya kanker ovarium stadium awal saja (stadium 1a dan 1b dengan derajat diferensiasi sel yang baik/sedang) yang tidak memerlukan kombinasi pengobatan. Kemoterapi diberikan sebanyak 6 seri dengan interval 3 – 4 minggu sekali dengan melakukan pemantauan terhadap efeh samping kemoterapi secara berkala terhadap sumsum tulang, fungsi hati, fungsi ginjal, sistem saluran cerna, sistem saluran cerna, sistem saraf dan sistem kardiovaskuler.
Penatalaksanaan yang sesuai dengan stadium yaitu :
- Operasi (stadium awal)
- Kemoterapi (tambahan terapi pada stadium awal)
- Radiasi (tambahan terapi untuk stadium lanjut)
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
III.I PENGKAJIAN
Hal-hal yang perlu di kaji pada klien adalah :
- Data diri klien
- Data biologis/fisiologis –> keluhan utama, riwayat keluhan utama
- Riwayat kesehatan masa lalu
- Riwayat kesehatan keluarga
- Riwayat reproduksi –> siklus haid, durasi haid
- Riwayat obstetric –> kehamilan, persalinan, nifas, hamil
- Pemeriksaan fisik
- Data psikologis/sosiologis–> reaksi emosional setelah penyakit diketahui
III.II DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Nyeri akut b.d agen cidera biologi
- Perubahan citra tubuh dan harga diri b.d perubahan dalam penampilan fungsi dan peran
- Risiko tinggi terhadap disfungsi seksual b.d perubahan struktur atau fungsi tubuh, perubahan kadar hormone
III.III TUJUAN & INTERVENSI
Diagnosa 1 : Nyeri akut b.d agen cidera biologi
Tujuan : Klien merasa reda dari nyeri dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan
Intervensi :
- Kaji karakteristik nyeri : lokasi, kualitas, frekuensi
- Kaji faktor lain yang menunjang nyeri, keletihan, marah pasien
- Kolaborasi dengan tim medis dalam memberi obat analgesic
- Jelaskan kegunaan analgesic dan cara-cara untuk mengurangi efek samping
- Ajarkan klien strategi baru untuk meredakan nyeri dan ketidaknyamanan: imajinasi, relaksasi, stimulasi kutan
Diagnosa 2 : Perubahan citra tubuh dan harga diri b.d perubahan dalam penampilan fungsi dan peran
Tujuan : Klien dapat memperbaiki persepsi citra tubuh dan harga dirinya.
Intervensi :
- Kaji perasaan klien tentang citra tubuh dan tingkat harga diri
- Berikan dorongan untuk keikutsertaan kontinyu dalam aktifitas dan pembuatan keputusan
- Berikan dorongan pada klien dan pasangannya untuk saling berbagi kekhawatiran tentang perubahan fungsi seksual dan menggali alternatif untuk ekspresi seksual yang lazim
Diagnosa 3 : Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual b.d perubahan struktur atau fungsi tubuh, perubahan kadar hormon
Tujuan : Klien menyatakan paham tentang perubahan struktur dan fungsi seksual.
- Mengidentifikasi kepuasan/ praktik seksual yang diterima dan beberapa alternatif cara mengekspresikan keinginan seksual
Intervensi:
- Mendengarkan pernyataan klien dan pasangan
- Diskusikan sensasi atau ketidaknyamanan fisik, perubahan pada respons individu
- Kaji informasi klien dan pasangan tentang anatomi/ fungsi seksual dan pengaruh prosedur pembedahan
- Identifikasi faktor budaya/nilai budaya
- Bantu klien untuk menyadari atau menerima tahap berduka
- Dorong klien untuk menyadari atau menerima tahap berduka
- Dorong klien untuk berbagi pikiran/masalah dengan orang terdekatnya
- Berikan solusi masalah terhadap masalah potensial. ex : menunda koitus seksual saat kelelahan
BAB IV
KESIMPULAN & SARAN
a. Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar ke bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru.
b. Waspadai tanda dan gejala Kanker Ovarium :
Gejala umum bervariasi dan tidak spesifik. Pada stadium awal berupa :
- haid tidak teratur
- ketegangan menstrual yang terus meningkat
- menoragia
- nyeri tekan pada payudara
- menopause dini
- rasa tidak nyaman pada abdomen
- dispepsia
- tekanan pada pelvis
- sering berkemih
- flatulenes
- rasa begah setelah makan makanan kecil
- lingkar abdomen yang terus meningkat
DAFTAR PUSTAKA
Augusfarly, (2008). Askep dengan klien ovarium.
Capenito, LJ.(2001). Buku Saku Keperawatan, Edisi VIII. Penerjemah Monica Ester, SKp. Jakarta : EGC.
Engram, Barbara. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medical Bedah, Vol.3. Jakarta : EGC.
Farrer, Helen. (2001). Maternity Care, Edisi II. Jakarta: EGC.
Farrer, Helen. (2001). Maternity Care, Edisi II. Jakarta: EGC.
http://augusfarly.wordpress.com/2008/09/14/asuhan-keperawatan-dengan-klien-ovarium/. Diakses tanggal 08 Desember 2010.
http://fordearest.wetpaint.com/page/kista+ovarium. Diakses tanggal 08 Desember 2010.
http://fordearest.wetpaint.com/page/kista+ovarium. Diakses tanggal 08 Desember 2010.
http://medlinux.blogspot.com/2007/09/kistoma ovarii.html. Diakses tanggal 08 Desember 2010.
http://www.blogdokter.net/2008/05/30/kista-ovarium/. Diakses tanggal 08 Desember 2010.
Ignatividus Donna, Bayne Varner Marihenn (1991). Medical Surgical Nursing : Anurse Process Approch. USA : W.B. Sounders Company.
Ignatividus Donna, Bayne Varner Marihenn (1991). Medical Surgical Nursing : Anurse Process Approch. USA : W.B. Sounders Company.
Long Barbara. C (1996). Keperawatan Medical Bedah, Edisi II, USA. The CV Mousby Company.
NANDA 2005, Nursing diagnoses : Definition and classification 2005-2006, NANDA International, Philadelphia.
Ropper, Nancy. (1996). Prinsip-prinsip Keperawatan. Alih bahasa Andry Hartono Yogyakarta. Yayasan Essentia Medika
Wilkinson, J. W 2006, Buku saku diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC dan kriteria hasil NOC, Edisi 7, EGC, Jakarta.
Wiknjosastro.et.all. (1999). Ilmu kandungan, Edisi II. Jakarta : YBP SP
William Helm, C. Ovarian Cysts. 2005 American College of Obstetricians and Gynecologists ( cited 2005 September 16 ). Available at http://emedicine.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar