Jumat, 21 Januari 2011

Askep BBLR


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Penilaian pada usia kehamilan dan berat badan saat lahir merupakan pertimbangan penting karena faktor – faktor ini berkaitan erat dengan kecacatan dan kematian pada perinatal. Teknbologo moderen telah memberikan kontribusi yang cukup bverarti pada perkembangan kesehatan dan kelangsungan hidup secara menyeluruh pada bayi yang beresiko yang disebabkan oleh usia kehamilan atau berat badan saat lahir. Bagaimanapun juga kelangsungan hidup bayi yang lahir sebelum waktunya disebabkan oleh perkembangan kondisi yang mungkin berpengaruh secara negatif pada kwalitas hidup mereka.
Salah satu karekteristik neonatus yang penting adalah stabilnya berbagai sistim pengaturan hormonal dan neurogenik. Keadaan ini sebagian disebabkan oleh perkembangan imatur organ – oragn tubuh yang berbeda dan sebagian berdasarkan kenyataan bahwa sistem pengaturan belum sesuai dengan cara hidup yang baru.
Salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas bayi baru lahir adalah infeksi serta komplikasi hipotermi. Hipotermi ini dapat menimbulkan penyakit infeksi gagal ginjal serangan apnu yang mengakibatkan kematian.
Meskipun secara keseluruhan masalah perinatal masih tinggi lebih mengingatkan kepada kita betapa pentingnya perawatan sehingga dapat memperkecil angka kematian, perawat dapat membantu mengajarkan kepada masyarakat untuk mengenal betapa pentingnya memperoleh perawatan secar dini dan teratur selama kehamilan, persalinan, dan kelahiran.

ASKEP BAYI BERAT LAHIR RENDAH

A.      PENGERTIAN.
Sejak tahun1961 WHO telah mengganti istilah premature baby dengan low birth weight baby  ( bayi berat lahir rendah = BBLR ). Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi dengan berat kurang dari 2500 gr pada waktu lahir bayi prematur.
Keadaan ini dapat disebabkan oleh :
1.         Masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat yang sesuai (masa kehamilan dihitung dari hari pertama haid terakhir yang teratur).
2.         Bayi small for gestational age (SGA) : bayi beratnya kurang dari berat semestinya menurut masa kehamilannya (kecil untuk masa kehamilan = KMK).
3.         Bayi cukup bulan : bayi beratnya kurang dari berat semestinya menurut masa kehamilan.
Untuk menentukan apakah bayi baru lahir itu prematur ( sesuai masa kehamilan= SMK), matur normal, KMK atau besar untuk masa kehamilan(BMK) dapat dipakai tabel growth charts of weight against gestation. Pada tabel ini berat bayi matur normal dan bayi prematur (SMK) terletak diantara 10 th percentile dan 90 th percentile. Pada bayi KMK beratnya dibawah 10 th percentile. Bila berat bayi di atas 90 th percentile ia disebut heavy for dates  atau BMK. Bayi posmatur bila kelahirannya terjadi pada masa kehamilan lebih dari 42 minggu.

B.       ETIOLOGI

Faktor – faktor yang dapat menyebabkan terjadinya persalinan pre term  (prematur) atau berat badan lahir rendah adalah :
1.         Faktor ibu.
a.         Gizi saat hamil kurang
b.        Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun.
c.         Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat.
d.        Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah (perokok ).
e.         Faktor pekerja yang terlalu berat.
2.         Faktor kehamilan.
a.         Hamil dengan hidramnion.
b.        Hamil ganda.
c.         Perdarahan ante partum.
d.        Komplikasi hamil : pre- eklampsia/eklampsia, ketuban pecah dini.
3.         Faktor janin .
a.         Cacat bawaan .
b.        Infeksi dalam rahim.
4.         Faktor yang masih belum diketahui.
C.      DIAGNOSIS DAN GEJALA KLINIK.
1.         Sebelum bayi lahir
a.         Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus dan lahir mati.
b.        Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.
c.         Pergerakan janin yang pertama ( Queckening ) terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih lambat walaupun kehamilannya sudah agak lanjut.
d.        Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut seharusnya .
e.         Sering dijumpai  kehamilan dengan oligohidramnion atau bisa pula dengan hidramnion, hiperemesis  gravidarum  dan pada hamil lanjut dengan toksemia gravidarum atau perdarahan ante partum.
2.         Setelah bayi lahir
a.         Bayi dengan retardasi pertumbuhan intra uterin
b.        Secara klasik tampak seperti bayi yang kelaparan. Tanda-tanda bayi ini adalah tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbatas, verniks kaseosa  sedikit atau tidak ada, kulit tipis, kering berlipat-lipat, mudah diangkat. Abdomen cekung atau rata jaringan lemak bawah kulit sedikit, tali pusat tipis, lembek dan berwarna kehijauan
c.         Bayi prematur yang lahir sebelum kelahiran 37 minggu .
d.        Verniks kaseosa ada, jaringan lemak bawah kulit sedikit, tulang tengkorak lunak mudah bergerak, muka seperti boneka ( Doll – Like ) abdomen buncit, tali pusat tebal dan segar menangis lemah, tonus otot hipotoni, dan kulit tipis, merah dan transparant.
e.         Bayi Small For Date sama dengan bayi retardasi pertumbuhan intra uterin.
f.         Bayi prematur kurang sempurna  pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya karena itu gangguan pernafasan, infeksi, trauma kelahiran, hipotermi dan sebagainya. Pada bayi kecil untuk masa kehamilan ( Small For Date ) alat-alat dalam tubuh berkembang dibandingkan dengan bayi prematur berat badan sama, karena itu akan lebih muda hidup di luar rahim, namun tetap lebih peka terhadap infeksi dan hipotermi dibandingkan bayi matur dengan berat badan Normal.
D.      GAMBARAN BBLR.
Gambaran bayi berat badan lahir tergantung dari umur kehamilan sehingga dapat dikatakan bahwa makin kecil bayi atau makin muda kehamilan makin nyata.
Sebagai gambaran umum dapat dikemukakan bahwa bayi berat badan lahir rendah mempunyai karakteristik : 
1.         Berat kurang dari 2500 gr.
2.         Panjang kurang dari  45 cm.
3.         Lingkran dada kurang dari 30 cm.
4.         Lingkaran kepala kurang dari 33 cm.
5.         Umur kehamilan kurangdari 37 minggu.
6.         Kepala relatif lebih besar.
7.         Kulit : tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kulit kurang.
8.         Otot hipotonik – lemah .
9.         Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea (gagal napas).
10.     Ekstremitas : paha abduksi, sendi lutut/kaki fleksi lurus.
11.     Kepala tidak mampu tegak.
12.     Pernapasan sekitar 45 sampai 50 kali permenit.
13.     Frekwensi nadi 100 sampai 140 kali permenit.
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam BBLR adalah  :
1.         Suhu tubuh
a.         Pusat mengatur napas badan masih belum sempurna .
b.        Luas badan bayi relatif besar sehingga penguapannya bertambah .
c.         Otot bayi masih lemah.
d.        Lemak kulit dan lemak coklat kurang, sehingga cepat kehilangan panas badan.
e.         Kemampuan metabolisme panas masih rendah , sehingga bayi dengan berat badan lahir rendah erlu diperhatikan agar tidak terlalu banyak kehilangan panas badan dan dapat dipertahankan sekitar

2.         Pernapasan
a.         Fungsi pengatur pernapasan belum sempurna
b.        Surfaktan paru – paru masih kurang, sehingga perkembangannya tidak sempurna
c.         Otot pernapasan dan tulang iga lemah
d.        Dapat disertai penyakit : penyakit hialin membaran, mudah infeksi paru – paru dan gagal pernapasan
           3.            Alat pencernaan makanan
a.         Belum berfungsi sempurna sehingga penyerapan makanan dengan banyak lemah/ kurang baik
b.        Aktivitas otot pencernaan makanan masih belum sempurna, sehingga pengosongan lambung berkurang
c.         Mudah terjadi regurgitasi isi lambung dan dapat menimbulkan aspirasi pneumonia.
           4.            Hepar yang belum matang ( immatur )
Mudah menimbulkan gangguan pemecahan billirubin, sehingga mudah terjadi   hiperbillirubinemia ( kuning ) sampai kern ikterus.
           5.            Ginjal masih belum matang.
Kemampuan mengatur pembuangan sisa metabolisme dan air masih belum sempurna sehingga mudah terjadi oedema.
           6.            Perdarahan dalam otak.
a.        Pembuluh darah bayi BBLR masih rapuh, dan mudah pecah.
b.        Sering mengalami gangguan pernapasan , sehingga memudahkan terjadinya perdarahan dalam otak.
c.         Perdarahan dalam otak memperburuk keadaan dan menyebabkan kematian bayi.
d.        Pemberian O2 belum mampu diatur sehingga mempermudah tejadi perdarahan dan nekrosis.
E.       Pencegahan
Persalinan preterm dapat dicegah dengan upaya :
1.         Melakukan pengawasan hamil dengan dan teratur.
2.         Melakukan konsultasi terhadap penyakit yang dapat menyebabkan kehamilan dan persalinan.
3.         Memberikan nasehat tentang : gizi saat kehamilan : meningkatkan pengertian KB interval; memperhatikan tentang berbagai kelainan yang timbul dan segera melakukan konsultasi ; menganjurkan untuk pemeriksaan tambahan sehingga secara dini penyakti ibu dapat diketahui dan di awasi/diobati
4.         Meningkatkan keadaan sosial – ekonomi keluarga dan kesehatan lingkungan .

F.       Perawatan BBLR

Dengan memperhatikan gambaran klinik diatas dan berbagai kemungkinan yang dapat terjadi pada bayi BBLR, maka perawatan dan pengawasan bayi BBLR ditujukan pada pengaturan panas badan , pemberian makanan bayi, dan menghindari infeksi.
1.         Pengaturan suhu tubuh bayi BBLR
Bayi BBLR mudah dan cepat sekali menderita Hypotermia bila berada di lingkungan yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh  bayi yang relatif lebih luas bila dibandingkan dengan  berat badan, kurangnya jaringan lemak dibawah kulit dan kekurangan lemak coklat ( brown fat). Untukm mencegah hipotermi, perlu diusahakan lingkungan yang cukup hangat untuk bayi dan dalam keadaan istirahat komsumsi oksigen paling sedikit, sehingga suhu tubuh bayi tetap normal. Bila bayi dirawat dalam inkubator, maka suhunya untuk bayi dengan berat badan kurang dari 2000 gr adalah 35 °C dan untuk bayi dengan BB 2000 gr sampai 2500 gr 34 °C , agar ia dapat mempertahankan suhu tubuh sekitar 37 °C .Kelembaban inkubator berkisar antara 50-60 persen . Kelembaban yang lebih tinggi di perlukan pada bayi dengan sindroma gangguan pernapasan. Suhu inkubator dapat di turunkan 1 °C per minggu untuk bayi dengan berat badan 2000 gr dan secara berangsur angsur ia dapat diletakkan di dalam tempat tidur bayi dengan suhu lingkungan 27 °C-29 °C.Bila inkubator tidak ada,pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan meletakkan botol-botol hangat di sekitarnya atau dengan memasang lampu petromaks di dekat tempat tidur bayi atau dengan menggu nakan metode kangguru. Cara lain untuk mempertahankan suhu tubuh bayi sekiter 36 °C-37 °C adalah dengan memakai alat perspexheat shield yang diselimuti pada bayi di dalam inkubator. Alat ini berguna untuk mengurangi kehilangan panas karena radiasi. Akhir-akhir ini telah mulai digunakan inkubator yang dilengkapi dengan alat temperatur sensor (thermistor probe). Alat ini ditempelkan di kulit bayi. Suhu inkubator di kontrol oleh alat  servomechanism.Dengan cara ini suhu kulit bayi dapat dipertahankan pada derajat yang telah ditetapkan sebelumnya. Alat ini sangat bermanfaat untuk bayi dengan berat lahir yang sangat rendah.
Bayi dalam inkubator hanya dipakaikan popok. Hal ini penting untuk memudahkan pengawasan mengenai keadaan umum,perubahan tingkah laku, warna kulit, pernapasan, kejang dan sebagainya sehingga penyakit yang diderita dapat dikenal sedini mungkin dan tindakan serta pengobatan dapat dilaksanakan secepat – cepatnya.
2.         Pencegahan infeksi.
Infeksi adalah masuknya bibit penyakit atau kuman kedalam tubuh, khususnya mikroba. Bayi BBLR sangat mudah mendapat infeksi. Infeksi terutama disebabkan oleh infeksi nosokomial. Kerentanan terhadap infeksi disebabkan oleh kadar imunoglobulin serum pada bayi BBLR masih rendah, aktifitas baktersidal neotrofil, efek sitotoksik limfosit juga masih rendah dan fungsi imun belum berpengalaman.
Infeksi lokal bayi cepat menjalar menjadi infeksi umum. Tetapi diagnosis dini dapt ditegakkan jika cukup waspada terhadap perubahan (kelainan) tingkah laku bayi sering merupakan tanda infeksi umum. Perubahan tersebut antara lain : malas menetek, gelisah, letargi, suhu tubuh meningkat, frekwensi pernafasan meningkat, muntah, diare, berat badan mendadak turun.
Fungsi perawatan disini adalah memberi perlindungan terhadap bayi BBLR dari infeksi. Oleh karena itu, bayi BBLR tidak boleh kontak dengan penderita infeksi dalam bentuk apapun. Digunakan masker dan abjun khusus dalam penanganan bayi, perawatan luka tali pusat, perawatan mata, hidung, kulit, tindakan aseptik dan antiseptik alat – alat yang digunakan, isolasi pasien, jumlah pasien dibatasi, rasio perawat pasien yang idea, mengatur kunjungan, menghindari perawatan yang terlalu lama, mencegah timbulnya asfiksia dan pemberian antibiotik yang tepat.
3.         Pengaturan intake
Pengaturan intake adalah menetukan pilihan susu, cara pemberian dan jadwal pemberian yang sesuai dengan kebutuhan bayi BBLR
ASI (Air Susu Ibu) merupakan pilihan pertama jioka bayi mampu mengisap. ASI juga dapat dikeluarkan dan diberikan pada bayi jika bayi tidak cukup mengisap. Jika ASI tidak ada atau tidak mencukupi kususnya pada bayi BBLR dapt digunkan susu formula yang komposisinya mirip mirip ASI atau susu formula khusus bayi BBLR.
Cara pemberian makanan bayi BBLR harus diikuti tindakan pencegahan khusus untuk mencegah terjadinya regurgitasi dan masuknya udara dalam usus. Pada bayi dalam inkubator dengan kontak yang minimal, tempat tidur atau kasur inkubator harus diangkat dan bayi dibalik pada sisi kanannya. Sedangkan pada bayi lebih besar dapat diberi makan dalam posisi dipangku. Pada bayi BBLR yang lebih kecil, kurang giat mengisap dan sianosis ketika minum melalui botol atau menetek pada ibunya, makanan diberikan melalui NGT.
Jadwal pemberian makanan disesuaikan dengan kebutuhan dan berat badan bayi BBLR. Pemberian makanan interval tiap jam dilakukan pada bayi dengan Berat Badan lebih rendah. 
4.         Pernapasan
Jalan napas merupakan jalan udara melalui hidung, pharing, trachea, bronchiolus, bronchiolus respiratorius, dan duktus alveeolaris ke alveoli. Terhambatnya jalan nafas akan menimbulkan asfiksia, hipoksia dan akhirnya kematian. Selain itu bayi BBLR tidak dapat beradaptasi dengan asfiksia yang terjadi selama proses kelahiran sehingga dapat lahir dengan asfiksia perinatal. Bayi BBLR juga berisiko mengalami serangan apneu dan defisiensi surfakatan, sehingga tidak dapat memperoleh oksigen yang cukup yang sebelumnya di peroleh dari plasenta. Dalam kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan nafas segera setelah lahir (aspirasi lendir), dibaringkan pada posisi miring, merangsang pernapasan dengan menepuk atau menjentik tumit. Bila tindakan ini gagal , dilakukan ventilasi, intubasi endotrakheal, pijatan jantung dan pemberian natrium bikarbonat dan pemberian oksigen dan selama pemberian intake dicegah terjadinya aspirasi. Dengan tindakan ini dapat mencegah sekaligus mengatasi asfiksia sehingga memperkecil kematian bayi BBLR.      
G.      PROGNOSIS BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH
Kematian perinatal pada bayi berat lahir rendah 8 kali lebih besar dari bayi normal pada umur kehamilan yang sama.
Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin rendah. Angka kematian yang tinggi terutama disebabkan oleh seringnya dijumpai kelainan komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi pneumonia, perdarahan intrakranial dan hipoglikemia. Bila bayi ini selamat kadang-kadang dijumpai kerusakan pada saraf dan akan terjadi gangguan bicara, IQ yang rendah, dan gangguan lainnya. 
H.      ASUHAN KEPERAWATAN
1.         Pengkajian.                                      
a.         Biodata
b.        Riwayat kelahiran lalu
c.         Status gravid ibu
d.        Riwayat persalinan
e.         Keadaan bayi saat lahir
f.         Apgar skor
g.        Pemeriksaan fisik yaitu :
1)        Aktifitas istirahat
Status sadar, bayi tampak semi koma saat tidur dalam, meringis atau tersenyum, adalah bukti tidur dengan gerakan mata cepat (REM), tidur sehari rata-rata 20 jam.
2)        Sirkulasi
Rata-rata nadi apikal 120-160 dpm, dapat berfluktuasi 70-100 dpm (tidur) sampai 180 dpm (menangis), nadi perifer mungkin lemah, nadi brachialis dan radialis lebih muda dipalpasi daripada nadi femoralis, mur-mur jantung
3)        Eliminasi
Abdomen lunak tanpa distensi, bising usus aktif, urine tidak berwarna atau kuning pucat, dengan 6-10 popok basah / 24 jam.
4)        Makanan / Cairan
Berat badan rerata 2500 - 4000 gram, kurang dari 2500 gram menunjukkan KMK (prematur, sindrom rubella, gameli) lebih dari 4000 gram menunjukkan BMK (diabetes maternal atau dapat dihubungkan dengan herediter), pada mulut : saliva banyak.
5)        Neurosensori
Lingkar kepala 32-37 cm, fontanel anterior dan posterior lunak dan datar, caput suksadaneum mungkin ada selama 3-4 hari, mata dan kelopak mata mungkin edema, strabismus dan fenomena mata boneka mungkin ada, lipatan epicantus, adanya refleks (moro, plantar, palmar, babinski) tidak adanya kegugupan, letargi hipotonia, parese.
6)        Pernafasan
Takipnea sementara dapat terlihat, khususnya setelah kelahiran sesaria dan presentase bokong, pola pernafasan diafragmatik dan abdominal dengan gerakan sinkron dari dada dan abdomen, pernafasan dangkal dan cuping hidung, retraksi dinding dada, dan ronchi pada inspirasi atau ekspirasi dapat menandakan aspirasi.
7)        Keamanan
Karena kulit kemerahan atau kebiruan, cepal hematom tampak sehari setelah kelahiran, peningkatan ukuran pada usia 2-3 hari kemudian direabsorbsi perlahan lebih dari 1-6 bulan, pergerakan ekstremitas dan tonus otot baik.
8)        Seksualitas
Genetalia wanita : labia vagina agak kemerahan atau edema, tanda vagina/hymen dapat telihat
Genetalia pria : testis turun, scrotum tertutup denga rugae, fimosis juga biasa terjadi.
9)        Pemeriksaan diagnostik
a)         Leucosit               : 18.000/mm3
b)        Hemoglobin         : 15-20 gram/dl
c)         Hematokrit          : 43%-61%
d)        Bilirubin total     : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari dan 12 mg/dl pada 3-5 hari
e)         Dektroksit            : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama kelahiran rata- rata 40-50 mg/dl, meningkat 60-70 mg/dl pada hari ke-3
2.         Diagnosa keperawatan
a.         Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas paru dan neuromuskular, penurunan energi dan keletihan
b.        Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan penurunan lemak tubuh subkutan
c.         Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang
d.        Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (resiko tinggi) berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna nutrisi karena imaturitas dan atau penyakit
e.         Resiko tinggi kekurangan atau kelebihan volume cairan berhubungan dengan karakteristik fisiologik imatur dari bayi preterm dan atau imaturitas.
f.         Kecemasan orang tua
3.         Rencana keperawatan.
Dx I : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas paru dan neuromuskular, penurunan energi dan keletihan
Tujuan : Pasien menunjukan oksigenasi yang adekuat
KH : Oksigenasi jaringan adekuat
Jalan nafas paten
Pernafasan memberikan oksigenasi dan pembuangan CO2 yang adekuat
Intervensi :
a.         Tempatkan pada posisi terlentang dengan leher sedikit ekstensi dan hidung menghadap keatas, untuk mencegah penyempitan jalan nafas
b.        Observasi tanda-tanda distress (mengorok, sianosis, cuping hidung, apnea)
c.         Lakukan penghisapan untuk menghilangkan mukus yang terakumulasi dari nasofaring trakea
d.        Lakukan perkusi, vibrasi, dan drainase postural sesuai ketentuan untuk memudahkan drainase sekret
e.         Berikan posisi miring untukmencegah aspirasi pada bayi dengan mukus berlebihan
f.         Observasi adanya tanda-tanda distress pernafasan (cuping hidung, retraksi, tacipnea, apnea, mengorok, sianosis, suturitas O2 rendah)
Dx II : Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan penurunan lemak tubuh subkutan
Tujuan : Pasien dapat mempertahankan suhu tubuh yang stabil
KH : Suhu tubuh dalam batas normal
Intervensi :
a.         Tempatkan bayi dalam inkubator atau pakaian hangat dalam keranjang terbuka untuk mempertahankan suhu tubuh stabil
b.        Pantau suhu aksila bayi yang tidak stabil
c.         Periksa suhu udara sesuai kebutuhan untuk mempertahankan suhu kulit
d.        Pantau tanda-tanda dari hipertermi : kemerahan, ruam
e.         Hindari situasi yang dapat menyebabkan bayi kehilangan panas : kemerahan ruam
f.         Hindari situasi yang dapat menyebabkan bayi kehilangan panas : terpapar udara dingin, jendela
Dx III : Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang
Tujuan : Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi nasokomial
KH : Bayi tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi nasokomial
Intevensi :
Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
a.         Bersihkan semua alat yang digunakan untuk bayi dengan bersih / steril
b.        Isolasi bayi yang mengalami infeksi sesuai institusional
c.         Kolaborasi : berikan antibiotik sesuai intruksi
Dx IV : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (resiko tinggi) berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna nutrisi karena imaturitas dan atau penyakit
Tujuan : Pasien menunjukan nutrisi yang adekuat, untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen dan menunujukan penambahan berat badan yang tepat
KH : Bayi menunjukan penambahan berat badan yang tepat
Intervensi :
a.         Pertahankan cairan parental/nutrisi sesuai instruksi
b.        Kaji kesiapan bayi untuk mengkoordinasikan menelan dan pernafasan
c.         Bantu ibu mengeluarkan ASI untuk menciptakan dan mempertahankan laktasi sampai ibunya dapat menyusui
Dx V : Resiko tinggi kekurangan atau kelebihan volume cairan berhubungan dengan karakteristik fisiologik imatur dari bayi preterm dan atau imaturitas
Tujuan : Pasien dapat menunjukan status hidrasi adekuat
KH : Bayi dapat menunjukan hemastasis
Intervensi :
a.         Kaji cairan dan elektrolit dengan terapi
b.        Berikan cairan parental/oral secara adekuat
c.         Kaji status hidrasi (turgor kulit, edema, tekanan darah, mukosa)
d.        Berikan cairan parental sesuai program untuk menghindari dehidrasi
e.         Pantau keluaran urine, berapa kali sehari
Dx VI : Kecemasan orang tua
Tujuan :  Kecemasan berkurang / teratasi
KH : Ibu mengerti tentang kondisi bayinya
Ibu mengatahui cara perawatan bayi dalam incubator.
Ekspresi tampai tidak cemas
Intervensi
a.         Kaji tingkat kecemasan orang tua
b.        Jelaskan tentang :
1)        Kondisi bayinya sekarang
2)        Perawatan bayi di incubator
c.         Beri  support mental dari petugas
d.        Beritahu hasil pemeriksaan yang didapatkan.



DAFTAR PUSTAKA


Bobak Irene M  dan Jensen Margaret D,  Perawatan Maternitas dan Ginekologi II. Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran : Bandung 2000.

Carpenito Lynda J, Buku Saku Keperawatan Edisi 6. Penerbit buku kedokteran, EGC : Jakarta 1997

Carpenito Lynda J, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan Edis 2. Penerbit buku kedokteran, EGC : Jakarta

Doengoes Marilynn E. dan Moorhouse Mary Frances. Rencana Perawatan Maternal / Bayi. Penerbit buku kedokteran, EGC : Jakarta 2001

Manuaba Ida Bagus Gde DSOG. Dr. Prof. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Penerbit buku kedokteran, EDC : Jakarta 1998

Mochtar Rustam MPH. Dr. Prof. Sinopsis Obstetri Jilit 1 Edisi 2. Penerbit buku kedokteran, EGC. Jakarta 1998

Wiknjosastro Hanifa, DSOG dr.Prof. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo : Jakarta 1999

Tidak ada komentar:

Posting Komentar