Senin, 21 Februari 2011

Askep Skoliosis

BAB I
PENDAHULUAN

            Skoliosis adalah kelengkungan tulang belakang yang abnormal ke arah samping, yang dapat terjadi pada segmen servikal (leher), torakal (dada) maupun lumbal (pinggang).Skolisis merupakan penyakit tulang belakang yang menjadi bengkok ke samping kiri atau kanan sehingga wujudnya merupakan bengkok benjolan yang dapat dilihat dengan jelas dari arah belakang.Penyakit ini juga sulit untuk dikenali kecuali setelah penderita meningkat menjadi dewasa (Mion, Rosmawati, 2007).
            Walaupun penyebab skoliosis idiopatik tidak diketahui, namun ada beberapa perbedaan teori yang menunjukkan penyebabnya seperti faktor genetik, hormonal, abnormalitas pertumbuhan, gangguan biomekanik dan neuromuskular tulang, otot dan jaringan fibrosa.Meskipun skoliosis tidakmendatangkan rasa sakit penderita perlu di rawat seawal mungkin.Tanpa perawatan, tulang belakang menjadi semakin bengkak dan menimbulkan berbagai komplikasi seperti kerusakan peru-paru dan jantung, serta sakit tulang belakang.
            Sekitar 4% dari seluruh anak-anak yang berumur 10-14 tahun mengalami skoliosis; 40-60% diantaranya ditemukan pada anak perempuan.Scoliosis adalah kira-kira dua kali lebih umum pada anak-anak perempuan daripada anak-anak lelaki.Ia dapat dilihat pada semua umur, namun ia adalah lebih umum pada mereka yang lebih dari 10 tahun umurnya.
            Sekitar 80% skoliosis adalah idiopatik, Skoliosis idiopatik dengan kurva lebih dari 100 dilaporkan dengan prevalensi 0,5-3 per 100 anak dan remaja. Prevalensi dilaporkan pada kurva lebih dari 300 yaitu 1,5-3 per 1000 penduduk. Insiden yang terjadi pada skoliosis idiopatik infantil bervariasi, namun dilaporkan paling banyak dijumpai di Eropa daripada Amerika Utara, dan lebih banyak laki-laki dari pada perempuan.
            Scoliosis adalah turunan atau warisan dimana orang-orang dengan scoliosis adalah lebih mungkin mempunyai anak-anak dengan scoliosis.

BAB II
PEMBAHASAN

A.      PENGERTIAN
Skoliosis adalah suatu kelainan bentuk pada tulang belakang dimana terjadi pembengkokan tulang belakang ke arah samping kiri atau kanan.Kelainan skoliosis ini sepintas terlihat sangat sederhana.Namun apabila diamati lebih jauh sesungguhnya terjadi perubahan yang luar      biasa pada tulang belakang akibat perubahan bentuk tulang belakang secara tiga dimensi, yaitu perubahan sturktur penyokong tulang belakang seperti jaringan lunak sekitarnya dan struktur lainnya (Rahayussalim, 2007).Skoliosis ini biasanya membentuk kurva “C” atau kurva “S”.
Skoliosis berasal dari kata Yunani yang berarti lengkungan, mengandung arti kondisi patologik.
Skoliosis merupakan masalah ortopedik yang sering terjadi adalah pelengkungan lateral dari medulla spinalis yang dapat terjadi di sepanjang spinal tersebut. Pelengkungan pada area toraks merupakan scoliosis yang paling sering terjadi, meskipun pelengkungan pada area servikal dan area lumbal adalah scoliosis yang paling parah.
Kesimpulan, skoliosis mengandung arti kondisi patologik yaitu kelengkungan tulang belakang yang abnormal ke arah samping (kiri atau kanan ).
B.       ETIOLOGI
Penyebab terjadinya skoliosis belum diketahui secara pasti, tapi dapat diduga dipengaruhi oleh diantaranya kondisi osteopatik, seperti fraktur, penyakit tulang, penyakit arthritis, dan infeksi.Scoliosis tidak hanya disebabkan oleh sikap duduk yang salah..
Menurut penelitian di Amerika Serikat, memanggul beban yang berat seperti tas punggung, bisa menjadi salah satu pemicu scoliosis.
Terdapat 3 penyebab umum dari skoliosis:
1.         Kongenital (bawaan), biasanya berhubungan dengan suatu kelainan dalam pembentukan tulang belakang atau tulang rusuk yang menyatu
2.         Neuromuskuler, pengendalian otot yang buruk atau kelemahan otot atau kelumpuhan akibat penyakit berikut :Cerebral palsy, Distrofi otot, Polio, Osteoporosis juvenile
3.         Idiopatik, penyebabnya tidak diketahui.     
C.      PATOFISIOLOGI
Kelainan bentuk tulang punggung yang disebut scoliosis ini berawal dari adanya syaraf – syaraf yang lemah atau bahkan lumpuh yang menarik ruas – ruas tulang belakang.Tarikan ini berfungsi untuk menjaga ruas tulang belakang berada pada garis yang normal yang bentuk nya seperti penggaris atau lurus.Tetapi karena suatu hal, diantaranya kebiasaan duduk yang miring, membuat sebagian syaraf yang bekerja menjadi lemah. Bila ini terus berulang menjadi kebiasaan, maka syaraf itu bahkan akan mati. Ini berakibat pada ketidakseimbangan tarikan pada ruas tulang belakang.Oleh karena itu, tulang belakang yang menderita skoliosis itu bengkok atau seperti huruf S atau pun huruf C.
D.      KLASIFIKASI
Skoliosis dibagi dalam dua jenis yaitu struktural dan bukan struktural.
1.         Skoliosis struktural
Skoliosis tipe ini bersifat irreversibel ( tidak dapat di perbaiki ) dan dengan rotasi dari tulang punggung Komponen penting dari deformitas itu adalah rotasi vertebra, processus spinosus memutar kearah konkavitas kurva.
Tiga bentuk skosiliosis struktural yaitu :
a. Skosiliosis Idiopatik. adalah bentuk yang paling umum terjadi dan diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :
1)        Infantile : dari lahir-3 tahun.
2)        Anak-anak : 3 tahun – 10 tahun
3)        Remaja : Muncul setelah usia 10 tahun ( usia yangpaling umum )
2.         Skoliosis Kongenital adalah skoliosis yang menyebabkan malformasi satu atau lebih badan vertebra.
3.         Skoliosis Neuromuskuler, anak yang menderita penyakit neuromuskuler (seperti paralisis otak, spina bifida, atau distrofi muskuler) yang secara langsung menyebabkan deformitas.
4.         Skoliosis nonstruktural ( Postural )
       Skoliosis tipe ini bersifat reversibel (dapat dikembalikan ke bentuk semula), dan tanpa perputaran (rotasi) dari tulang punggung..Pada skoliosis postural, deformitas bersifat sekunder atau sebagai kompensasi terhadap beberapa keadaan diluar tulang belakang, misalnya dengan kaki yang pendek, atau kemiringan pelvis akibat kontraktur pinggul, bila pasien duduk atau dalam keadaan fleksi maka kurva tersebut menghilang.
Ada tiga tipe-tipe utama lain dari scoliosis :
                       a.              Functional: Pada tipe scoliosis ini, spine adalah normal, namun suatu lekukan abnormal berkembang karena suatu persoalan ditempat lain didalam tubuh. Ini dapat disebabkan oleh satu kaki adalah lebih pendek daripada yang lainnya atau oleh kekejangan-kekejangan di punggung.
                       b.              Neuromuscular: Pada tipe scoliosis ini, ada suatu persoalan ketika tulang-tulang dari spine terbentuk. Baik tulang-tulang dari spine gagal untuk membentuk sepenuhnya, atau mereka gagal untuk berpisah satu dari lainnya.Tipe scoliosis ini berkembang pada orang-orang dengan kelainn-kelainan lain termasuk kerusakan-kerusakan kelahiran, penyakit otot (muscular dystrophy), cerebral palsy, atau penyakit Marfan. Jika lekukan hadir waktu dilahirkan, ia disebut congenital. Tipe scoliosis ini seringkali adalah jauh lebih parah dan memerlukan perawatan yang lebih agresif daripada bentuk-bentuk lain dari scoliosis.
                       c.              Degenerative: Tidak seperti bentuk-bentuk lain dari scoliosis yang ditemukan pada anak-anak dan remaja-remaja, degenerative scoliosis terjadi pada dewasa-dewasa yang lebih tua. Ia disebabkan oleh perubahan-perubahan pada spine yang disebabkan oleh arthritis. Pelemahan dari ligamen-ligamen dan jaringan-jaringan lunak lain yang normal dari spine digabungkan dengan spur-spur tulang yang abnormal dapat menjurus pada suatu lekukan dari spine yang abnormal.
                      d.              Lain-Lain: Ada penyebab-penyebab potensial lain dari scoliosis, termasuk tumor-tumor spine seperti osteoid osteoma. Ini adalah tumor jinak yang dapat terjadi pada spine dan menyebabkan nyeri/sakit.Nyeri menyebabkan orang-orang untuk bersandar pada sisi yang berlawanan untuk mengurangi jumlah dari tekanan yang diterapkan pada tumor.Ini dapat menjurus pada suatu kelainan bentuk spine.
E.       MANIFESTASI KLINIK
Gejala yang ditimbulkan  berupa:
1.         Tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah samping
2.         Bahu dan atau pinggul kiri dan kanan tidak sama tingginya
3.         Nyeri punggung
4.         Kelelahan pada tulang belakang setelah duduk atau berdiri lama
5.         Skoliosis yang berat (dengan kelengkungan yang lebih besar dari 60 ) bisa menyebabkan gangguan pernafasan.
Kebanyakan pada punggung bagian atas, tulang belakang membengkok ke kanan dan pada punggung bagian bawah, tulang belakang membengkok ke kiri; sehingga bahu kanan lebih tinggi dari bahu kiri.Pinggul kanan juga mungkin lebih tinggi dari pinggul kiri.
Awalnya penderita mungkin tidak menyadari atau merasakan sakit pada tubuhnya karena memang skoliosis tidak selalu memberikan gejala–gejala yang mudah dikenali.Jika ada pun, gejala tersebut tidak terlalu dianggap serius karena kebanyakan mereka hanya merasakan pegal–pegal di daerah punggung dan pinggang mereka saja.
Menurut Dr Siow dalam artikel yang ditulis oleh Norlaila H. Jamaluddin (Jamaluddin, 2007), skoliosis tidak menunjukkan gejala awal.Kesannya hanya dapat dilihat apabila tulang belakang mulai bengkok.Jika keadaan bertambah buruk, skoliosis menyebabkan tulang rusuk tertonjol keluar dan penderita mungkin mengalami masalah sakit belakang serta sukar bernafas.
Dalam kebanyakan kondisi, skoliosis hanya diberi perhatian apabila penderita mulai menitik beratkan soal penampilan diri.Walaupun skoliosis tidak mendatangkan rasa sakit, rata-rata penderita merasa malu dan rendah diri.
Skoliosis pada masyarakat indonesia dapat dijumpai mulai dari derajat yang sangat ringan sampai pada derajat yang sangat berat.
Derajat pembengkokan biasanya diukur dengan cara Cobb dan disebut sudut Cobb. Dari besarnya sudut skoliosis dapat dibagi menjadi (Kawiyana dalam Soetjiningsih, 2004) :
1           Skoliosis ringan : sudut Cobb kurang dari 20”
2           Skoliosis sedang : sudut Cobb antara 21 – 40”
3           Skoliosis berat : sudut Cobb lebih dari 41”
Pada skoliosis derajat berat (lebih dari 40 derajat), hanya dapat diluruskan melalui operasi.
F.       PROGNOSIS
Prognosis tergantung kepada penyebab, lokasi dan beratnya kelengkungan.Semakin besar kelengkungan skoliosis, semakin tinggi resiko terjadinya progresivitas sesudah masa pertumbuhan anak berlalu.
Skoliosis ringan yang hanya diatasi dengan brace memiliki prognosis yang baik dan cenderung tidak menimbulkan masalah jangka panjang selain kemungkinan timbulnya sakit punggung pada saat usia penderita semakin bertambah.
Penderita skoliosis idiopatik yang menjalani pembedahan juga memiliki prognosis yang baik dan bisa hidup secara aktif dan sehat.
Penderita skoliosis neuromuskuler selalu memiliki penyakit lainnya yang serius (misalnya cerebral palsy atau distrofi otot).Karena itu tujuan dari pembedahan biasanya adalah memungkinkan anak bisa duduk tegak pada kursi roda.
Bayi yang menderita skoliosis kongenital memiliki sejumlah kelainan bentuk yang mendasarinya, sehingga penanganannyapun tidak mudah dan perlu dilakukan beberapa kali pembedahan.
G.      KOMPLIKASI
Walaupun skoliosis tidak mendatangkan rasa sakit, penderita perlu dirawat seawal mungkin. Tanpa perawatan, tulang belakang menjadi semakin bengkok dan menimbulkan berbagai komplikasi seperti :
1.         Kerusakan paru-paru dan jantung.
Ini boleh berlaku jika tulang belakang membengkok melebihi 60 derajat. Tulang rusuk akan menekan paru-paru dan jantung, menyebabkan penderita sukar bernafas dan cepat capai. Justru, jantung juga akan mengalami kesukaran memompa darah. Dalam keadaan ini, penderita lebih mudah mengalami penyakit paru-paru dan pneumonia.
2.         Sakit tulang belakang.
Semua penderita, baik dewasa atau kanak-kanak, berisiko tinggi mengalami masalah sakit tulang belakang kronik. Jika tidak dirawat, penderita mungkin akan menghidap masalah sakit sendi. Tulang belakang juga mengalami lebih banyak masalah apabila penderita berumur 50 atau 60 tahun.
H.      PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pemeriksaan fisik penderita biasanya diminta untuk membungkuk ke depan sehingga pemeriksa dapat menentukan kelengkungan yang terjadi. Pemeriksaan neurologis (saraf) dilakukan untuk menilai kekuatan, sensasi atau refleks.
Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:
1.         Skoliometer adalah sebuah alat untuk mengukur sudut kurvaturai.
Cara pengukuran dengan skoliometer dilakukan pada pasien dengan posisi membungkuk, kemudian atur posisi pasien karena posisi ini akan berubah-ubah tergantung pada lokasi kurvatura, sebagai contoh kurva dibawah vertebra lumbal akan membutuhkan posisi membungkuk lebih jauh dibanding kurva pada thorakal.
Kemudian letakkan skoliometer pada apeks kurva, biarkan skoliometer tanpa ditekan, kemudian baca angka derajat kurva.
Pada screening, pengukuran ini signifikan apabila hasil yang diperoleh lebih besar dari 50, hal ini biasanya menunjukkan derajat kurvatura > 200 pada pengukuran cobb’s angle pada radiologi sehingga memerlukan evaluasi yang lanjut
2.         Rontgen tulang belakang
Foto polos : Harus diambil dengan posterior dan lateral penuh terhadap tulang belakang dan krista iliaka dengan posisi tegak, untuk menilai derajat kurva dengan metode Cobb dan menilai maturitas skeletal dengan metode Risser. Kurva structural akan memperlihatkan rotasi vertebra, pada proyeksi posterior-anterior, vertebra yang mengarah ke puncak prosessus spinosus menyimpang kegaris tengah; ujung atas dan bawah kurva diidentifikasi sewaktu tingkat simetri vertebra diperoleh kembali.
Cobb Angle diukur dengan menggambar garis tegak lurus dari batas superior dari vertebra paling atas pada lengkungan dan garis tegak lurus dari akhir inferior vertebra paling bawah.Perpotongan kedua garis ini membentuk suatu sudut yang diukur.
Maturitas kerangka dinilai dengan beberapa cara, hal ini penting karena kurva sering bertambah selama periode pertumbuhan dan pematangan kerangka yang cepat. Apofisis iliaka mulai mengalami penulangan segera setelah pubertas; ossifikasi meluas kemedial dan jika penulangan krista iliaka selesai, pertambahan skoliosis hanya minimal. Menentukan maturitas skeletal melalui tanda Risser, dimana ossifikasi pada apofisis iliaka dimulai dari Spina iliaka anterior superior (SIAS) ke posteriormedial.Tepi iliaka dibagi kedalam 4 kuadran dan ditentukan kedalam grade 0 sampai 5. Derajat Risser adalah sebagai berikut :
Grade 0 : tidak ada ossifikasi,
grade 1 : penulangan mencapai 25%,
grade 2 : penulangan mencapai 26-50%,
grade 3 : penulangan mencapai 51-75%,
grade 4 : penulangan mencapai 76%
grade 5 : menunjukkan fusi tulang yang komplit.
3.         MRI ( jika di temukan kelainan saraf atau kelainan pada rontgen )
I.         PENATALAKSANAAN
Tujuan dilakukannya tatalaksana pada skoliosis meliputi 4 hal penting :
1           Mencegah progresifitas dan mempertahankan keseimbangan
2           Mempertahankan fungsi respirasi
3           Mengurangi nyeri dan memperbaiki status neurologis
4           Kosmetik
Adapun pilihan terapi yang dapat dipilih, dikenal sebagai “The three O’s” adalah :
a.         Observasi
Pemantauan dilakukan jika derajat skoliosis tidak begitu berat, yaitu <25o pada tulang yang masih tumbuh atau <50o pada tulang yang sudah berhenti pertumbuhannya. Rata-rata tulang berhenti tumbuh pada saar usia 19 tahun. Pada pemantauan ini, dilakukan kontrol foto polos tulang punggung pada waktu-waktu tertentu.Foto kontrol pertama dilakukan 3 bulan setelah kunjungan pertama ke dokter.Lalu sekitar 6-9 bulan berikutnya bagi yang derajat <20>20.
b.        Orthosis
Orthosis dalam hal ini adalah pemakaian alat penyangga yang dikenal dengan nama brace. Biasanya indikasi pemakaian alat ini adalah :
1)        Pada kunjungan pertama, ditemukan derajat pembengkokan sekitar 30-40 derajat
2)        Terdapat progresifitas peningkatan derajat sebanyak 25 derajat.
Jenis dari alat orthosis ini antara lain :
1)        Milwaukee
2)        Boston
3)        Charleston bending brace
Alat ini dapat memberikan hasil yang cukup signifikan jika digunakan secara teratur 23 jamdalam sehari hingga 2 tahun setelah menarche.
c.         Operasi
Tidak semua skoliosis dilakukan operasi. Indikasi dilakukannya operasi pada skoliosis adalah :
1)        Terdapat derajat pembengkokan >50 derajat pada orang dewasa
2)        Terdapat progresifitas peningkatan derajat pembengkokan >40-45 derajat pada anak yang
3)        sedang tumbuh
4)        Terdapat kegagalan setelah dilakukan pemakaian alat orthosis


BAB III
PENUTUP

Scoliosis adalah suatu kelainan yang menyebabkan suatu lekukan yang abnormal dari spine (tulang belakang).
Skoliosis dibagi menjadi :
1          Functional: Pada tipe scoliosis ini, spine adalah normal, namun suatu lekukan abnormal berkembang karena suatu persoalan ditempat lain didalam tubuh.
2          Neuromuscular: Pada tipe scoliosis ini, ada suatu persoalan ketika tulang-tulang dari spine terbentuk. Baik tulang-tulang dari spine gagal untuk membentuk sepenuhnya, atau mereka gagal untuk berpisah satu dari lainnya.
3          Degenerative: Pelemahan dari ligamen-ligamen dan jaringan-jaringan lunak lain yang normal dari spine digabungkan dengan spur-spur tulang yang abnormal dapat menjurus pada suatu lekukan dari spine yang abnormal.
Etiologi dari skoliosis adalah :
1.        Kongenital (bawaan), biasanya berhubungan dengan suatu kelainan dalam pembentukan tulang belakang atau tulang rusuk yang menyatu
2.        Neuromuskuler, pengendalian otot yang buruk atau kelemahan otot atau kelumpuhan akibat penyakit
3.        Idiopatik, penyebabnya tidak diketahui.
Penatalaksanaan pada pasien dengan skoliosis : The three O’s
1          Observasi
2          Orthosis
3          Operasi

ASUHAN KEPERAWATAN

A.      Pengkajian
1.         Pemeriksaan fisik meliputi :
a.         Mengkaji skelet tubuh
Adanya deformitas dan kesejajaran.Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor tulang.Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis.Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya patah tulang.
b.        Mengkaji tulang belakang
Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang)
c.         Mengkaji sistem persendian
Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas, dan adanya benjolan, adanya kekakuan sendi
d.        Mengkaji system otot
Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran masing-masing otot.Lingkar ekstremitas untuk mementau adanya edema atau atropfi, nyeri otot.
e.         Mengkaji cara berjalan
Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah satu ekstremitas lebih pendek dari yang lain. Berbagai kondisi neurologist yang berhubungan dengan caraberjalan abnormal (mis.cara berjalan spastic hemiparesis - stroke, cara berjalan selangkah-selangkah – penyakit lower motor neuron, cara berjalan bergetar – penyakit Parkinson).
f.         Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer
Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yanglebih panas atau lebih dingin dari lainnya dan adanyaedema.Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji denyut perifer, warna, suhu dan waktu pengisian kapiler.
2.         Analisa data
DS:
a.         Pasien mengetakan nyeri punggung
b.        Pasien mengatakan kelelahan di tulang belakang setelah duduk atau berdiri lama
c.         Pasien mengatakan kesusahan bernafas
DO:
a.         Bahu yang tampak tidak sama tinggi
b.        Tampak tonjolan skapula yang tidak sama
c.         Tampak pinggul yang tidak sama
B.       Diagnosa Keperawatan
1.         Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan nyeri
2.         Nyeri punggung berhubungan dengan posisi tubuh miring ke lateral
3.         Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan postur tubuh yang tidak seimbang
4.         Gangguan citra tubuh atau konsep diri yang berhubungan dengan postur tubuh miring kelateral.
C.      Rencana keperawatan
1.         Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan paru
Tujuan : Pola nafas efektif
Rencana tindakan :
a.         Kaji status pernafasan setiap 4 jam
b.        Bantu dan ajarkan pasien melakukan nafas dalam setiap 1 jam
Rasional : Meningkatkan ventilasi maksimal dan oksigenasi
c.         Atur posisi tidur semi fowler untuk meningkatkan ekspansi paru
Rasional : Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan
d.        Pantau tanda vital setiap 1 jam
Rasional : Indikator umum, status sirkulasi dan keadekuatan perfusi
3.         Nyeri punggung berhubungan dengan posisi tubuh miring ke lateral
Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang
Rencana tindakan :
a.         Kaji tipe, intensitas dan lokasi nyeri
       Rasional : Mempengaruhi pilihan / pengawasan keefektifan intervensi tingkat ansietas          dapat mempengaruhi terhadap nyeri
b.        Ajarkan relaksasi dan tehnik distraksi
       Rasional : Untuk mengalihkan perhatian sehingga mengurangi nyeri
c.         Ajarkan dan anjurkan pemakaian brace
       Rasional : Untuk mengurangi nyeri saat aktivitas
d.        Kolaborasi dalam pemberian analgesi
       Rasional : Untuk meredakan nyeri
4.         Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan postur tubuh yang tidak seimbang
Tujuan : Meningkatkan mobilitas fisik
Rencana tindakan
a.         Kaji tingkat mobilitas fisik
Rasional : Mempengaruhi pilihan / pengawasan keefektifan intervensi
b.        Tingkatkan aktivitas jika nyeri berkurang
Rasional : Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energy
c.         Bantu dan ajarkan latihan rentang gerak sendi aktif
Rasional : Meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi
d.        Libatkan keluarga dalam melakukan perawatan diri
Rasional : Keluarga yang kooperatif dapat meringankan petugas, dan memberikan kenyamanan pada pasien
5.         Gangguan citra tubuh atau konsep diri yang berhubungan dengan postur tubuh yang miring ke lateral
Tujuan : Meningkatkan citra tubuh
Rencana tindakan:
a.         Anjurkan untuk mengungkapkan perasaan dan masalahnya
Rasional : Ekspresi emosi membantu pasien mulai menerima kenyataan
b.        Beri harapan yang realistik dan buat sasaran jangka pendek untuk memudahkan pencapaian
Rasional : Harapan yang tidak realistik menyebabkan pasien mengalami kegagalan dan menguatkan perasaan-perasaan tidak berdaya
c.         Beri penghargaan untuk tugas yang di lakukan
Rasional : Penguatan positif meningkatkan harga diri dan mendorong pengulangan perilaku yang di harapkan
d.        Beri dorongan untuk merawat dari sesuai toleransi
Rasional : Meningkatkan kemandirian


DAFTAR PUSTAKA

Alpers, Ann. 2006.Buku Ajar Pediatri Rudolph Vol. 3.Jakarta : EGC
Doengoes, Marylinn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Nettina, Sandra, M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC


Tidak ada komentar:

Posting Komentar